Sana’a, Purna Warta – Dalam statistik terbaru tentang 7 tahun agresi koalisi Saudi di Yaman, organisasi hak-hak perempuan dan anak-anak Intisaf melaporkan bahwa lebih dari 6.000 perempuan dan anak-anak tewas dan lebih dari 6.000 orang lainnya terluka.
Kelompok hak-hak perempuan dan anak-anak Intisaf telah merilis statistik baru tentang kejahatan yang dilakukan oleh koalisi agresi Saudi-Emirat terhadap perempuan dan anak-anak Yaman.
Baca Juga : Jet-Jet Tempur Saudi kembali Bombardir Jaringan Telekomunikasi Yaman
Selama 7 tahun agresi oleh koalisi Saudi di Yaman, 6.264 wanita dan anak-anak telah terbunuh, di mana 2.428 adalah wanita dan 3.848 adalah anak-anak.
Menurut laporan Al-Ahed, 2.852 wanita terluka dan 4.217 anak-anak terluka dalam serangan koalisi.
Menurut laporan itu, enam anak Yaman terbunuh setiap dua jam setelah pengepungan Yaman oleh koalisi Saudi, dan ada lebih dari 3.000 anak penderita kanker yang berada di ambang kematian.
Organisasi itu melanjutkan, lebih dari dua ribu anak juga menderita leukemia dan kekurangan fasilitas perawatan minimum serta bahan radioaktif yang dibutuhkan untuk mengobati kanker.
Baca Juga : Amir Abdollahian: Kami dan Suriah Berada di Parit yang Sama
Menurut laporan Organisasi Intisaf, agresi yang berkelanjutan dan pengepungan brutal telah menyebabkan penyebaran banyak penyakit di antara perempuan dan anak-anak, yang paling utama adalah kekurangan gizi dan kelainan bawaan akibat penggunaan senjata yang dilarang secara internasional oleh koalisi agresor Saudi.
Menurut statistik ini, sisa-sisa bom tandan yang ditembakkan oleh koalisi agresor dalam tujuh tahun terakhir telah menewaskan, melukai, dan melumpuhkan 3.841 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
Intisaf mencatat bahwa berlanjutnya pemblokiran masuknya produk minyak bumi ke lebih dari 1.500 rumah sakit dan pusat kesehatan, serta 400 bank darah dan laboratorium, telah membahayakan nyawa ribuan pasien.
Baca Juga : Lagi, Koalisi Agresor Saudi Serang Sana’a
Menurut organisasi tersebut, lebih dari 5.200 pasien dengan gagal ginjal berisiko meninggal karena pusat-pusat kesehatan kekurangan produk minyak bumi yang parah. Sebagaimana sebanyak 200.000 penderita diabetes membutuhkan insulin.
Terkait masalah pengungsi perempuan dan anak, Insaf melaporkan jumlah pengungsi mencapai 4.495.558 dan ada 670.343 keluarga pengungsi.
Kepala organisasi tersebut, Somayeh al-Taifi, menekankan bahwa koalisi agresi yang dipimpin AS-Saudi bertanggung jawab atas semua kejahatan dan agresi terhadap warga sipil, dan meminta masyarakat internasional, organisasi internasional dan organisasi hak asasi manusia untuk mengambil tindakan.
Baca Juga : Sesali Peran OKI, PM Pakistan Tetap Desak Negara Muslim & China Mediasi Ukraina