Sana’a, Purna Warta – Sumber-sumber Yaman melaporkan kematian seorang ibu dan dua anaknya setelah ledakan ranjau darat yang ditinggalkan oleh koalisi agresor Saudi di provinsi Al-Hudaidah Yaman.
Berbagai media melaporkan bahwa 3 warga sipil Yaman tewas pada hari Rabu 11 Januari, akibat ledakan ranjau yang ditinggalkan koalisi agresor Saudi.
Menurut laporan kantor berita Al-Ahed, menyusul ledakan ranjau darat yang ditinggalkan oleh koalisi agresor Saudi di provinsi Al-Hudaidah Yaman, tiga orang dari keluarga yang sama, termasuk dua anak, tewas.
Baca Juga : Kelanjutan Serangan Koalisi Agresor Saudi di Al-Hudaidah Yaman
Ranjau dan bom curah yang digunakan oleh pasukan koalisi agresor Saudi di wilayah-wilayah bebas Yaman terus membunuh warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan, dalam keheningan organisasi-organisasi internasional dan hak asasi manusia.
Pusat eksekutif penjinakan ranjau di Yaman mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan kematian seorang ibu dan kedua anaknya akibat ledakan ranjau di provinsi Al-Hudaidah Yaman.
Menurut pernyataan ini, seorang ibu bernama Fatemeh Hafez Debish yang berusia 45 tahun, bersama kedua anaknya, Latifah Moharram Abdullah yang berusia 11 tahun dan Ehsan Moharram Abdullah yang berusia 13 tahun, meninggal akibat ledakan ranjau darat yang ditinggalkan oleh pasukan koalisi agresor di kampung Al-Makiminiyah. Sedangkan Moharram Abdullah Saghir Khamseh, yang merupakan ayah dari keluarga ini, mengalami luka-luka dalam ledakan tersebut dan telah dibawa ke rumah sakit.
Sebelumnya, dua anak tewas dan seorang anak lainnya terluka menyusul ledakan ranjau darat yang ditinggalkan oleh koalisi agresor Saudi di daerah E’yal Muhammad di provinsi Sana’a.
Sementara media Yaman baru-baru ini mengumumkan bahwa 7 anak pengungsi meninggal di kamp pengungsi akibat gelombang dingin yang parah di provinsi Ma’rib, 170 km sebelah timur Sana’a, dan puluhan keluarga pengungsi mengalami kesulitan dalam menghadapi cuaca dingin yang parah karena kurangnya fasilitas.
Sebelumnya, Ali Safra, kepala pusat eksekutif penjinak ranjau Yaman, mengumumkan bahwa sejak dimulainya gencatan senjata, 255 orang, termasuk 84 anak-anak, telah kehilangan nyawa akibat ledakan ranjau dan bom cluster di Yaman.
Kepala pusat eksekutif penjinakan ranjau Yaman dengan mengacu pada bom curah yang dijatuhkan oleh pesawat-pesawat koalisi agresor di berbagai wilayah sipil, menekankan: Masalah ini telah meningkatkan jumlah korban dan kami menganggap PBB bertanggung jawab atas korban lanjutan yang disebabkan oleh ranjau dan bom curah yang tersisa dari agresi terhadap Yaman.
Baca Juga : Rincian Baru dari Perundingan Gencatan Senjata di Yaman
Baru-baru ini, organisasi hak asasi manusia Al-Ain – Ain al-Insaniyah (eye humanity) – mengutuk sikap diam masyarakat internasional, lembaga dan organisasi internasional, khususnya PBB. Dan dia berkata bahwa mereka tidak peduli dengan agresi negara-negara koalisi dan tentara bayaran mereka terhadap rakyat Yaman yang tidak berdaya.
Dalam beberapa hari terakhir, Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman telah menekankan bahwa negara-negara agresor, Arab Saudi dan UEA, harus memenuhi kewajiban mereka berdasarkan ketentuan-ketentuan perjanjian gencatan senjata.
Berdasarkan gencatan senjata ini, bandara Sana’a seharusnya dibuka kembali, dan penghalang kapal-kapal memasuki pelabuhan Al-Hudaidah dihapus, dan gaji para pegawai pemerintah, yang tidak dibayarkan selama bertahun-tahun karena perang, harus dibayar.