Sana’a, Purna Warta – 137 Organisasi dan lembaga hak asasi manusia (HAM) Arab menyerukan diakhirinya invasi koalisi Saudi-Emirat ke Yaman dan diakhirinya pengepungan terhadap rakyat Yaman.
Dalam pernyataan bersama, organisasi hak asasi manusia dan sipil mengutuk agresi Saudi-UEA terhadap Yaman, yang memasuki tahun kedelapan.
Baca Juga : Ucapan Selamat Ansarullah atas Operasi Al-Hadera
Menurut Al-Masirah, pernyataan organisasi hak asasi manusia Arab menyatakan: Perang agresif Arab Saudi dan UEA melawan Yaman terjadi di depan mata dan telinga seluruh dunia dan keheningan dan kepasifan masyarakat internasional yang dipimpin oleh PBB dan sebagian besar lembaga afiliasinya, hal itu terjadi karena adanya kekhawatiran penghentian bantuan keuangan oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Pernyataan dari organisasi hak asasi manusia dan sipil mengatakan: Situasi bencana di Yaman terungkap oleh statistik lembaga dan organisasi hak asasi manusia Yaman yang telah mengamati kejahatan perang, agresi dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam tujuh tahun terakhir.
Menurut statistik organisasi-organisasi ini, lebih dari 17.200 orang, termasuk sekitar 4.000 anak-anak dan hampir 2.500 wanita, telah terbunuh, dan jumlah yang terluka melebihi 26.900 orang, serta sekitar 579.900 rumah hancur. Lima belas bandara, 400 rumah sakit dan klinik medis, 16 pelabuhan, 680 pasar umum dan 500 jaringan dan stasiun komunikasi, 2.000 fasilitas pemerintah, 400 pabrik, 11.000 perusahaan komersial, 5.000 jalan dan jembatan, serta 1.500 masjid dihancurkan.
Baca Juga : Kesempatan Terakhir untuk Pemerintah Saudi
Koalisi agresor Saudi juga menghancurkan 180 pusat akademik (universitasl), 250 pusat arkeologi, 50 lembaga media, 1.100 sekolah dan pusat pelatihan, 8.300 peternakan dan pertanian, 136 pusat olahraga, 477 peternakan termasuk peternakan unggas, 483 kendaraan dan 476 Kapal nelayan.
Organisasi-organisasi Hak asasi manusia dan sipil telah meminta pria dan wanita bebas di seluruh dunia dan pembela hak asasi manusia untuk menekan diakhirinya perang di Yaman.
Dalam pernyataan tersebut, mereka juga menyerukan diakhirinya perang oleh negara-negara agresor dan segera dicabutnya pengepungan terhadap Yaman, terutama pelabuhan Al-Hudaidah dan Bandara Internasional Sana’a, dan masuknya makanan, obat-obatan, peralatan medis dan bahan bakar ke dalam negeri Yaman.
Baca Juga : Perjanjian untuk Pembebasan 1400 Tawanan
Organisasi-organisasi tersebut menekankan perlunya permintaan maaf dari negara-negara agresor dan memberikan kompensasi atas kerusakan yang terjadi di Yaman sebagai akibat dari agresi terhadap Yaman, yang diumumkan Washington pada malam 25 Maret 2015, dalam apa yang dikenal sebagai Operasi Badai Penentuan.
Dalam pernyataannya disebutkan bahwa organisasi-organisasi hak asasi manusia Arab juga meminta semua pihak Yaman untuk duduk di meja perundingan Yaman-Yaman pada tanggal dan tempat yang disepakati oleh PBB untuk menyelesaikan krisis di negara tersebut.
Mereka juga meminta Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Komite Ahli untuk menyelidiki agresi, kejahatan perang terhadap kemanusiaan di Yaman, dan semua pelanggaran hukum kemanusiaan internasional selama tujuh tahun terakhir.
Baca Juga : Pesan Perlawanan Rakyat Yaman pada Hari Stabilitas Nasional
Organisasi-organisasi hak asasi manusia ini juga menyerukan pembentukan koalisi hak asasi manusia internasional untuk mengadili semua pihak yang terlibat dalam kejahatan agresi dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Yaman sehingga mereka dapat dimintai pertanggungjawaban di pengadilan dan tidak merasa kebal hukum.
Pada tanggal 26 Maret 2015, Arab Saudi, dalam bentuk koalisi beberapa negara Arab dan dengan bantuan serta lampu hijau Amerika Serikat, melancarkan serangan besar-besaran terhadap Yaman, negara Arab termiskin, dengan dalih membawa kembali Presiden terguling dan buron Abdrabuh Mansour Hadi ke kekuasaan untuk mencapai tujuan dan ambisi politiknya.
Badan-badan PBB, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia dan UNICEF, telah berulang kali memperingatkan bahwa rakyat Yaman terus menghadapi kelaparan dan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu abad terakhir.
Baca Juga : Hizbullah: Takut kepada AS adalah Pemicu Lebanon Menolak Tawaran Iran