Purna Warta – Pembunuhan 3 gadis kecil di sebuah tempat wisata di Inggris beberapa waktu lalu memicu kerusuhan rasial yang kemudian memicu kerusuhan antara kelompok keras sayap kanan yang dipelopori oleh Tommy Robinson dan para aktivis anti rasisme.
Baca juga: Harris Pilih Tim Walz Sebagai Wakil dalam Pilpres AS 2024
Hampir 400 orang sudah ditangkap sejak awal mula kerusuhan yang merusak banyak properti bisnis pribadi dan juga properti publik.
Ketika Anealla Safdar seorang editor untuk kantor berita Al Jazeera, para perusuh meneriakkan “Tommy, Tommy Robinson”. Ketika nama tersebut diteriakkan oleh gerombolan anak-anak muda berusia 16 tahunan itu, Safdar yang kala itu sedang berjalan bersama kedua putrinya merasa gelisah.
“zaman ini sedang tidak normal” tulisnya di X.
Siapakah Tommy Robinson, yang mempelopori gerakan supremasi kulit putih di seuruh penjuru Inggris?
Terlahir bernama Yaxley-Lennon pada 1982 di Inggris. Tommy Robinson adalah tokoh anti-islam dan salah satu tokoh sayap kanan yang paling ekstrem. Ia juga merupakan mantan narapidana.
Meskipun tersangka pelaku pembunuhan gadis Inggris itu merupakan seorang pemuda 17 tahun bernama Axel Muganwa Rudakubana, para perusuh tetap meneror kaum minoritas dengan berdasarkan satu klaim palsu yang mengatakan bahwa Axel merupakan pencari suaka beragama islam yang datang ke Inggris menggunakan perahu kecil pada 2023. Namun klaim bohong itu sudah cukup untuk memicu kerusuhan.
Yaxley-Lennon mengganti nama yang berbau Yahudi itu menjadi Tommy Robinson pada 2009 supaya lebih membaur dengan warga Inggris dan menunjukkan patriotisme Inggris. Ia juga menggantinya supaya memisahkan aktivitas ekstrem anti-islamnya dengan kehidupan pribadinya.
Pada 2009 itu pula Robinson ikut mendirikan English Defence League (EDL) yang merupakan organisasi garis kanan ekstrem anti islam dan mengklaim akan mengatasi ancaman islam radikal di Inggris.
Dibawah pimpinan Robinson, EDL mengadakan sejumlah protes yang seringkali berakhir ricuh. Protes-protes yang ia adakan dikecam karena selalu mempromosikan sentimen anti islam. Pada 2011 ia ditangkap karena mengorganisir kerusuhan yang melibatkan 100 orang dan dipenjara selama 12 bulan.
Baca juga: [VIDEO] – AS Yakin Iran Merencanakan Serangan Balasan ke Israel
Pada 2014 ia kembali dipenjara selama 18 bulan karena kasus penipuan hipotek atau gadai.
Pada 2018 ia ditangkap kembali karena melakukan siarang langsung di luar gedung sidang yang sedang mengadili gang grooming dimana hal itu dilarang untuk dipublikasikan. Ia dipenjara selama 13 bulan.
Robinson dicekal dari Facebook dan Instagram karena terus menerus menyebarkan ujaran kebencian dan ekstremisme khususnya terkait islam. Ia juga dicekal dari Twitter namun kemudian akunnya pulih kembali setelah Elon Musk mengambil alih Twitter.
Sembari mengompori para pendukungnya dan mendorong mereka untuk terus melakukan diskriminasi terhadap kaum muslim, Robinson melarikan diri ke Cyprus untuk menghindari otoritas Inggris.