Istanbul, Purna Warta – Turki dan UEA telah menandatangani 13 perjanjian saat Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengunjungi negara Timur Tengah untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade untuk menormalkan hubungan antara dua kekuatan regional.
Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, menyambut presiden Turki dan delegasi yang menyertainya setibanya di Bandara Kepresidenan di Abu Dhabi pada hari Senin.
Baca Juga : Taliban Desak AS Batalkan Keputusan untuk Membagi Dua Aset Afghanistan
Kunjungan pria berusia 67 tahun itu menandai langkah penting menuju penguatan hubungan antara kedua negara, seputar kerja sama di berbagai bidang.
I was pleased to welcome Turkish President Recep Tayyip Erdogan to the UAE today. We discussed opportunities to strengthen our bilateral relations and witnessed the signing of several agreements and MOUs aimed at expanding cooperation between our two countries. pic.twitter.com/ICQ8UIi21Y
— محمد بن زايد (@MohamedBinZayed) February 14, 2022
Selama kunjungannya, perdana menteri Turki melakukan sejumlah pembicaraan dengan penguasa de facto UEA Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan di ibu kota di tengah hubungan yang menegang antara Istanbul dan, khususnya UEA, yang berbeda kubu dalam menanggapi perang saudara di Libya, serta masalah lainnya.
Baca Juga : Yaman: Penargetan Warga Sipil Tidak akan Dibiarkan Tanpa Balasan
Erdogan, saat berbicara di bandara Istanbul, mengatakan kunjungannya menandai dimulainya era baru dalam hubungan antara kedua belah pihak.
13 agreements were signed between the Governments of the Republic of Türkiye and the United Arab Emirates (UAE) by President @RTErdogan and Abu Dhabi Crown Prince Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
The agreements are as follows:https://t.co/8G8M5uUOIb pic.twitter.com/D434090gWV
— Republic of Türkiye Directorate of Communications (@Communications) February 14, 2022
Sementara itu, kesepakatan bersejarah yang ditandatangani dalam kunjungannya baru-baru ini adalah yang pertama dalam satu dekade.
Kesepakatan di bidang industri pertahanan, kesehatan, perubahan iklim, industri, teknologi, perdagangan, ekonomi, budaya, pertanian, pemuda, transportasi, penanggulangan bencana, meteorologi, komunikasi, dan arsip ditandatangani dalam pertemuan itu.
Baca Juga : Konferensi Wina, Demi Keputusan Akhir atau Kepuasan Israel?
Kedua negara menegaskan kembali mengesampingkan persaingan regional yang lama dan bekerja pada hubungan perdagangan yang lebih baik untuk mengeksplorasi kerja sama industri pertahanan.