Tehran, Purna Warta – Mengutip Judiciary Media Center, Mehdi Farozesh, Direktur Jenderal Kedokteran Forensik provinsi Tehran, memberikan laporan pertama terkait penyelidikan kasus Mahsa Amini.
Di hadapan para wartawan Kamis (22/9) sebagaimana dilansir Farsnews, pemeriksaan yang telah dilakukan adalah rekam medis mendiang Amini dan pemeriksaan fisik jenazah yang disebutkan tidak terdapat sedikitpun tanda-tanda telah mengalami kekerasan fisik. Sementara itu, yang masih memerlukan waktu adalah menentukan penyebab kematian Mahsa Amini, yang akan dilakukan setelah hasil tes sampel yang diambil ditentukan dan digabungkan dengan hasil pemeriksaan dan otopsi tubuh dan catatan medis, dan dalam bentuk laporan resmi dari organisasi forensik akan diberikan kepada otoritas yudisial.
Baca Juga : Kenapa Turki Berpaling ke Suriah?
Mehdi Frouzesh mengatakan tentang proses penyidikan kasus Mehsa Amini di organisasi forensik dan mengapa jenasah diserahkan kepada keluarganya dalam waktu singkat dan tidak disimpan selama beberapa hari di pusat forensik untuk pemeriksaan, menurutnya instruksi dan item yang ditetapkan dalam Organisasi Kedokteran Forensik negara tidak memerlukan dokumen identifikasi dalam proses penanganan dan pemrosesan kasus yang dirujuk ke organisasi ini, dan juga mengingat identitas jenasah diketahui.
Ia menambahkan, “Proses penanganan kasus jenazah dengan identitas yang jelas tentu saja jauh lebih singkat dibandingkan dengan jenazah yang tidak diketahui identitasnya. Mengingat identitas almarhum Mehsa Amini diketahui, kasus ini ditangani dalam waktu sesingkat-singkatnya.”
Froozesh menambahkan, “Menimbang bahwa setiap penyidikan di organisasi medis forensik negara mengenai kasus-kasus yang dirujuk ke organisasi ini memerlukan dokumentasi yang rinci dan kuat. Dalam kasus khusus ini, hingga saat ini, dokumentasi medis yang dapat dikutip hanya satu kasus yang masuk ke rumah sakit. Mahsa Amini memiliki riwayat perawatan medis pada tahun 2006 dengan menjalani operasi tumor otak di salah satu rumah sakit di Teheran.”
Baca Juga : Menteri Luar Negeri Saudi: Kami Bermaksud Menjalin Hubungan Positif Dengan Iran
Dirjen Kedokteran Forensik Provinsi Tehran mengatakan mengenai keraguan yang muncul terkait kasus Mahsa Amini, “Menimbang bahwa ada informasi yang tidak benar dan tidak ilmiah di dunia maya mengenai darah yang keluar dari telinga, patah tulang pangkal tengkorak dan kerusakan pada bagian dalam. telah diambil tindakan, kami harus mengumumkan bahwa dalam pemeriksaan fisik dan otopsi, tidak ada tanda-tanda luka di kepala dan wajah, tidak ada memar sedikipun di sekitar mata, apalagi patah tulang di pangkal tengkorak.”
“Demikin pula dalam otopsi badan dan perut, tidak ada tanda-tanda pendarahan, remuk atau robek yang diamati pada organ dalam tubuh.” Tambahnya.
Dirjen Kedokteran Forensik Provinsi Teheran menegaskan, “Yang perlu waktu adalah untuk menentukan penyebab kematian almarhum, yang akan dilakukan setelah hasil tes sampel yang diambil ditentukan dan digabungkan dengan hasil pemeriksaan dan otopsi. dari tubuh dan catatan medis, dan itu akan diberikan kepada otoritas kehakiman dalam bentuk laporan resmi dari organisasi forensik.”
Baca Juga : Mahsa Amini dan Zainab Essam; Dua Kematian dalam Satu Permainan Politik Media Barat
Laporan awal dari tim forensik yang memeriksa kematian Mahsa Amini sesuai dengan konfirmasi pihak kepolisian bahwa tidak ada sentuhan fisik berarti yang dilakukan aparat kepolisian kepada gadis berusia 22 tahun tersebut. Kematian Mahsa Amini yang ditahan polisi moral Iran terkait pelanggaran jilbab telah memicu aksi demonstrasi di sejumlah kota di Iran. Meski dari penyidikan awal tidak ditemukan pelanggaran dari pihak kepolisian namun massa yang marah atas kematian Mahsa Amini mengamuk dengan menyerang kantor, membakar mobil patroli dan melakukan serangan fisik kepada aparat.