Riyadh, Purna Warta – Sebuah dokumen membongkar gerak mencurigakan Mohammed bin Salman, MBS, Putra Mahkota Saudi. Dokumen tersebut berisikan tentang upaya Bin Salman via Visi 2030 untuk sekularisasi sosial Sunni Saudi dan perubahan bertahap identitas negara.
Mengutip dari Saudi Leaks, 7/2, dokumen memperlihatkan bahwa Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Saudi, dalam pertemuan dengan tim pemerintahan Saudi di bawah struktur Departemen Urusan Islam, Tabligh dan Irsyad memerintahkan untuk membuat program yang disebut di Riyadh dengan ‘Toleransi Intelektual’.
Baca Juga : Krisis Pewaris Tahta Kerajaan Emirat
Direktur Departemen Urusan Islam, Tabligh dan Irsyad di Madinah menegaskan bahwa di bawah program ini, Putra Mahkota Bin Salman berniat untuk memperkuat ideologi serta program-programnya menyongsong realisasi Visi 2030. Sehingga program ini, menurut pengakuan Bin Salman, akan menjauhkan pemikiran ekstrimisme.
Dokumen juga berisikan tugas beberapa pihak yang ditunjuk oleh Mohammed bin Salman. Mereka harus menyerahkan perkara Amer Ma’ruf wa Nahi Munkar kepada pihak kepolisian. Tidak boleh ada campur tangan para Ulama dan Sheikh.
Dalam dokumen juga ditegaskan beberapa upaya MBS dalam melonggarkan hijab, ideologi serta menolak sikap ekstrimis.
Baca Juga : Detak Jantung Terakhir Israel: Kehancuran Zionis Menurut Zionis
Para Ruhaniawan atau Ulama dan Hakim Syar’i, selain bersikap toleransi sosial dengan penduduk Ahlu Kitab, juga harus menjelaskan sekularisme, toleransi musik, pesta dan perfileman beserta kebebasan perempuan di tengah masyarakat. Hal ini akan membuka izin kepada perempuan untuk menghadiri pesta dan dunia intertainmen.
Selain itu, para Mufti dan Khotib masjid hanya diharuskan untuk membahas hukum ibadah. Tidak diizinkan menyindir politik, budaya, ekonomi dan semua masalah pemerintahan.
Yang paling urgen dalam dokumen disebutkan bahwa para Khotib (hanya) diwajibkan membahas masalah Islam dan pengaruhnya dalam persatuan sosial dan perkembangan kerajaan. Dokumen ini menunjukkan manuver MBS dalam sekularisasi Saudi dan menghapus nilai-nilai Islam dari sejarah Riyadh.
Baca Juga : Kekhawatiran AS Sepeninggal Raja Salman Bin Abdulaziz