Al-Quds, Purna Warta – Komite kementerian rezim Zionis menyetujui rencana penguatan pertahanan di utara wilayah pendudukan yakni di perbatasan Suriah-Lebanon untuk menghadapi pembalasan Iran dan gerakan Hizbullah Lebanon.
Menurut sebuah laporan di situs pemberi Ibrani KAN pada Minggu malam (20/2), pada saat yang sama dengan kemungkinan ketegangan dengan Iran dan Hizbullah di Lebanon, komite kementerian rezim Zionis membeli radar dan rudal pencegah untuk sistem pertahanan udara Iron Dome senilai ratusan juta shekel yakni setara dengan 3.26 jutaan dolar US.
Baca Juga : Arab Saudi Sudah Eksekusi 100 Orang Sejak Awal 2022
Menurut jaringan pemberitaan Zionis, keputusan ini diambil untuk melawan serangan gerakan Hizbullah Lebanon dan serangan rudal Iran.
Menyusul serangan roket rezim Zionis di pinggiran Damaskus, Suriah, Morteza Saeed Nejad dan Ehsan Karbalaeipour menjadi syahid pada 7 Maret 2014. Para komandan senior Korps Pengawal Revolusi Islam memperingatkan rezim Zionis tentang tindakan ini dan menekankan bahwa rezim Zionis pasti akan membayar kejahatan ini.
Tel Aviv menyetujui rencana untuk memperkuat kekuatannya, sementara Menteri Perang Israel Benny Gantz baru-baru ini memerintahkan pengembangan dan produksi massal sistem laser untuk menutupi kelemahan sistem Iron Dome. Media pemberitaan Ibrani melaporkan bahwa sistem itu akan digunakan ketika Iron Dome gagal mencegat rudal.
Kinerja sistem pertahanan udara Iron Dome telah menjadi kontroversi di Palestina yang diduduki, meskipun biaya produksinya tinggi. Media pemberitaan sebelumnya telah melaporkan kegagalan sistem Iron Dome untuk mencegat rudal perlawanan Palestina, serta kegagalannya untuk mencegat rudal yang ditembakkan dari wilayah Suriah dekat fasilitas nuklir rezim Zionis di Palestina yang diduduki selatan.
Baca Juga : Penjelasan Tentara Irak Tentang Hasil Penyelidikan Markas Mossad di Erbil
Tentara Israel baru-baru ini mengumumkan kegagalan Iron Dome untuk mencegat drone gerakan Hizbullah Lebanon dan secara resmi mengakui kegagalannya untuk mencegat drone tersebut.
Media berbahasa Ibrani ini pun melaporkan pada akhir Februari bahwa sirene telah berbunyi dua kali setelah identifikasi objek tak dikenal di Jalil Atas (Palestina utara yang diduduki) dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki, dan setelah itu tentara Israel dalam siaga penuh.
Beberapa jam kemudian, tentara Israel secara resmi mengkonfirmasi laporan sumber berita dan mengumumkan bahwa sebuah pesawat tak berawak telah memasuki Palestina yang diduduki dan bahwa Iron Dome telah diaktifkan. Beberapa jam kemudian, tentara secara resmi mengakui kekalahannya dalam pernyataan kedua dan mengatakan bahwa mereka tidak dapat mencegat drone meskipun menggunakan semua pencegah (termasuk pesawat tempur, helikopter, dan kubah besi).
Baca Juga : Laporan Rahasia Pejabat AS Kepada Kongres Tentang Kemajuan Pembicaraan Wina
Menyusul pernyataan ini, gerakan Hizbullah Lebanon secara resmi mengklaim bertanggung jawab atas operasi pengintaian tersebut, dengan menyatakan: Drone Hassan berpatroli di area target selama 40 menit sebagai bagian dari misi pengumpulan intelijen. Misi pengintaian diperpanjang hingga jarak 70 km dari Palestina utara yang diduduki. “Meskipun musuh berulang kali dan banyak upaya untuk menggulingkannya, pesawat tak berawak Hassan kembali dengan selamat dari wilayah pendudukan.”