Tehran, Purna Warta – Iran mengecam rencana pimpinan AS untuk membentuk apa yang disebut pakta pertahanan bersama dengan Israel dan beberapa negara Arab regional, dan memperingatkan bahwa tanggapan yang tegas akan menunggu setiap ancaman bagi musuh terhadap keamanan negara itu.
Dalam sebuah tweet pada hari Minggu, situs web analisis berita, yang dekat dengan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi negara Iran (SNSC), mengatakan, “Pembuatan pakta pertahanan bersama di kawasan oleh AS dengan partisipasi dan manajemen tersembunyi dari Zionis adalah tindakan yang mengancam.”.
Baca Juga : Iran Produksi Uranium 20 Persen Setelah Konfirmasi Kepada IAEA
“Jika implementasi rencana semacam itu mengancam keamanan Iran dengan cara apa pun, itu akan menghadapi respons awal yang mencapai target terdekat dan paling mudah diakses,” menurut pemberitaan Iran’s Nour News.
Ini terjadi beberapa hari setelah sumber pemberitaan tadi mengetahui masalah tersebut yang mengungkapkan bahwa AS dan Israel berusaha untuk meletakkan dasar bagi apa yang disebut rencana aliansi keamanan dengan beberapa negara Arab regional untuk melawan apa yang mereka anggap ancaman dari musuh mereka, Iran.
Pembicaraan mengenai rencana tersebut masih dalam tahap awal dan telah mendapat perlawanan dari beberapa negara Arab yang menolak berbisnis dengan Israel, tulis Reuters pada hari Kamis (10/7).
Laporan itu muncul menjelang kunjungan yang dijadwalkan oleh Presiden AS Joe Biden ke Arab Saudi dan wilayah yang diduduki Israel akhir pekan ini, dengan masalah-masalah termasuk pertahanan udara Iran serta kemampuan rudal dan drone canggihnya.
Baca Juga : AS Akan Bangun Pakta Pertahanan Arab – Israel Untuk Lawan Iran
Kembali pada tahun 2020, Uni Emirat Arab dan Bahrain menandatangani perjanjian yang ditengahi AS dengan Israel untuk menormalkan hubungan mereka dengan rezim pendudukan. Dua negara Arab lagi di Afrika, yaitu Sudan dan Maroko, segera menyusul.
Kesepakatan normalisasi telah mendapat kecaman luas dari Palestina serta negara-negara dan pembela hak asasi manusia di seluruh dunia, terutama di dunia muslim.
Negara-negara regional lainnya juga telah menjalin persaudaraan dengan Israel, termasuk Arab Saudi, yang menerima kunjungan mantan perdana menteri rezim Benjamin Netanyahu pada bulan November 2020.
AS, Israel, dan negara-negara Arab – Arab Saudi dan UEA khususnya – telah lama memperingatkan tentang apa yang mereka klaim sebagai ancaman yang ditimbulkan oleh kemampuan militer Iran.
Baca Juga : Media Arab: Erdogan – Bin Salman Bertransaksi Dengan Kasus Khashoggi
Tehran, sementara itu, telah berulang kali menjelaskan bahwa kemampuan militer dalam negerinya tetap bersifat defensif dan pencegah, serta dimaksudkan untuk mencegah penyusup dan ancaman asing mengganggu kestabilan kawasan.
Ia juga mendesak negara-negara Teluk Persia untuk berhenti mengandalkan kekuatan asing untuk keamanan mereka dan bahwa keamanan regional hanya dapat dicapai oleh negara-negara tetangga masing-masing.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kan’ani mengatakan pada hari Sabtu bahwa peningkatan kehadiran Amerika Serikat di Timur Tengah hanya akan menimbulkan ketidakamanan di kawasan itu dan membantu lebih lanjut menyebarkan aksi teroris.
“Setiap tindakan untuk membuka jalan bagi peningkatan kehadiran dan peran Amerika Serikat dalam mekanisme keamanan regional tidak akan menghasilkan apa-apa selain ketidakamanan, ketidakstabilan, dan penyebaran terorisme di seluruh kawasan,” kata juru bicara Iran.
Baca Juga : Cina Temukan Kasus Substrain Omikron Baru BA.5.2.1