Damaskus, Purna Warta – Kementerian Pertahanan Suriah mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada Selasa malam (26/7) bahwa tentara Suriah sepenuhnya siap untuk setiap kemungkinan serangan oleh Turki dan kelompok-kelompok afiliasinya.
Menurut laporan kantor berita Sputnik, dalam pernyataan yang diterbitkan oleh situs web tentara Suriah dan oleh juru bicaranya, disebutkan bahwa dengan meningkatnya gerakan Turki di wilayah Suriah dalam 2 hari terakhir, kami menekankan bahwa tentara kami telah siap untuk melawan kemungkinan serangan oleh Ankara dan Kelompok-kelompok yang didukungnya.
Baca Juga : Keraguan Turki tentang Penerapan Intervensi Baru di Suriah
Kantor berita resmi Suriah mengumumkan bahwa tentara Turki telah melanjutkan agresi dan serangannya di wilayah Suriah.
Kantor berita Suriah melaporkan bahwa sekitar desa Tal Ziwan, 15 kilometer barat laut kota Al-Qamalshi, menjadi sasaran unit artileri Turki, di mana seorang warga Suriah terluka dan properti rusak serta beberapa keluarga mengungsi.
Sementara Turki mengklaim bahwa kehadiran pasukannya di Suriah utara bertujuan untuk mencegah ancaman kelompok Kurdi, Damaskus menganggap tindakan ini sebagai pendudukan.
Dalam sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa dan ketua bergilir Dewan Keamanan, pemerintah Damaskus telah memprotes niat Turki untuk melancarkan serangan militer di Suriah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya mengatakan bahwa pasukan tentara negara itu akan meluncurkan operasi militer di perbatasan negaranya untuk memerangi apa yang disebutnya terorisme, dan keputusan akan segera dibuat.
Baca Juga : Konsulat Turki di Mosul Diserang Roket
Sejak 2016, tentara Turki telah terlibat dalam dua operasi Perisai Efrat (24 Agustus 2016 hingga 29 Maret 2017) dan Operasi Ranting Zaitun (20 Januari 2018 hingga 24 Maret 2018), telah merebut empat ribu kilometer wilayah Suriah, termasuk Afrin dan kota-kota al-Bab, Azaz dan Jarablus.
Di sisi lain, Ankara memulai operasi militer yang disebut Mata Air Perdamaian di Suriah utara pada 17 Oktober 2019 untuk memaksa mundur milisi Kurdi yang dikenal sebagai Pasukan Demokratik Suriah dari daerah perbatasan Raqqah dan Hasakah. Operasi selama seminggu ini dihentikan setelah perjanjian gencatan senjata antara Ankara dan Washington. Kemudian Turki memberi milisi Kurdi lima hari untuk mundur 32 kilometer dari perbatasan Turki.