Tehran, Purna Warta – Ziyad al-Nakhalah, Sekjen gerakan resistensi Jihad Islami Palestina, hari Jumat, 1/1/2021, dalam pidatonya di hari peringatan kemartiran Qasem Soleimani di Universitas Tehran menegaskan bahwa Martir Qasem Soleimani adalah martir internasional dan Shahid Quds.
“Mereka membuat Qasem Soleimani mati shahid, karena sang Jenderal adalah penghalang jalan Amerika dan rezim Zionis di regional. Shahid selalu membela Palestina dan al-Quds. Amerika membunuh Jenderal Qasem Soleimani demi melancarkan nafsu kolonialisme Zionis dan melebarkan kepakan sayap Israel di Timteng. Mereka telah menjual Palestina di tengah kemartiran para pejuang dan Shahid Qasem Soleimani,” jelasnya.
Ziyad al-Nakhalah menambahkan, “Martir Qasem Soleimani di semua medan perang, khususnya medan Palestina, selalu berjalan di atas bara api. Satu ketika jika dia shahid, maka matilah satu muslim, satu orang Palestina.”
Darah Martir Qasem Soleimani, menurut pandangan Ziyad al-Nakhalah, adalah akar kehidupan pohon Mukawamah, jihad dan kemerdekaan. “Dan Shahid Qasem Soleimani selalu memikul perih masalah Palestina.”
“Semua saudara dan saudari kami bangga akan Iran beserta pemimpin besar revolusi Islam yang terus berdiri di belakang semua langkah besar dan mendukung semua gerakan Mukawamah. Atas kebanggaan ini, kami berdiri di depan kalian dan kami bersaksi bahwa Shahid Qasem Soleimani adalah pemimpin para mujahidin Palestina,” tegas Sekjen Jihad Islami Palestina.
Kami, jelas Ziyad al-Nakhalah, tidak akan membahas kemartiran Jenderal Qasem Soleimani, meskipun kami tahu. Yang harus menjadi pertanyaan adalah bagaimana beliau hidup? Kehidupannya ia hadiahkan seluruhnya untuk membela Islam dan gerakan resistensi.
“Ia menghabiskan masa kecilnya di medan Kerman. 40 tahun lalu, ia baru keluar dan kemudian kembali lagi. Ia melampaui jauh semua atribut dan pangkat. Turun di segala medan perang dan melangkahkan kakinya di jalan Hamzah bin Abdul Mutallib, Sayid al-Shuhada.”
Teror Shahid Qasem Soleimani adalah awal kehancuran kolonialisme dunia dan menegaskan, “Negara-negara yang menjual diri, dengan nista merajut normalisasi demi mendulang dukungan Amerika. Ini adalah bukti kuantitas kerapuhan mereka.”
Baca juga: Qasem Soleimani Tiada, Kereta Normalisasi Berjalan