Presiden Raisi: Tur Regional Biden Tidak Akan Membawa Keamanan Bagi Rezim Israel

Presiden Raisi: Tur Regional Biden Tidak Akan Membawa Keamanan Bagi Rezim Israel

Tehran, Purna Warta Pada pertemuan kabinet di Tehran pada hari Rabu, Presiden Sayyid Ibrahim Raisi mengatakan jika tur regional pejabat Amerika Serikat, Joe Biden, ke wilayah tersebut dimaksudkan untuk memperkuat posisi rezim Zionis dan memberikan dorongan untuk proses normalisasi, upaya tersebut pasti akan gagal.

“Jika perjalanan bolak-balik pejabat Amerika ke negara-negara regional dimaksudkan untuk memperkuat posisi rezim Zionis dan menormalkan hubungan rezim dengan beberapa negara regional, mereka (Amerika Serikat) harus tahu bahwa upaya mereka tidak akan menciptakan keamanan bagi Zionis dengan cara apapun,” katanya.

Baca Juga : Biden Tiba di Israel: Serasa Pulang ke Rumah

Biden tiba di wilayah yang diduduki Israel pada hari Rabu, dan memulai perjalanan empat harinya yang sangat dinanti-nantikan ke wilayah tersebut sebagai yang pertama ketika menjadi presiden Amerika Serikat.

Tur regional juga akan membawa Biden ke Arab Saudi, negara yang pernah dia janjikan untuk dijadikan “pariah”.

Sejak 2020, Amerika Serikat telah menengahi perjanjian normalisasi di bawah apa yang disebut Kesepakatan Abraham antara rezim Israel dan negara-negara regional termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko dan Sudan.

Palestina dan pendukung mereka telah mencelanya sebagai “tikaman dari belakang” karena merupakan penghambat pembebasan Palestina dari pendudukan dan agresi Israel.

Baca Juga : Intelijen Bongkar Jaringan Teroris di Barat Laut Iran

‘Bahasa pemaksaan tidak berlaku di Iran’

Presiden Raisi juga membahas masalah negosiasi yang sedang berlangsung yang bertujuan untuk menghapus sanksi anti-Iran, dan potensi kebangkitan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), perjanjian 2015 antara Tehran dan kekuatan dunia.

Dia menegaskan kembali bahwa negara itu tidak akan mundur dari sikapnya yang sah dan logis, kemudian menasihati Amerika Serikat untuk memperhatikan kenyataan di lapangan dan mempelajari “pelajaran yang bermanfaat” daripada melanjutkan kebijakan “tekanan maksimum” yang telah dikalahkan.

“Amerika Serikat mengatakan Iran harus kembali ke JCPOA, sementara Republik Islam Iran tidak pernah meninggalkan JCPOA. Amerikalah yang telah melanggar komitmen mereka,” kata Raisi.

Baca Juga : Sekjen Hizbullah: Biden yang Tua Gambaran AS yang Renta

Amerika, katanya, pasti telah mempelajari hal ini selama 43 tahun yang telah berlalu sejak kemenangan Revolusi Islam Iran 1979, bahwa “rakyat Iran tidak dapat ditangani dengan bahasa paksaan.”

“Aneh bahwa mereka (Amerika) masih mencoba menggunakan wacana yang sama, yang pasti akan gagal membawa hasil apa pun bagi mereka.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *