Damaskus, Purna Warta – Menteri perminyakan Suriah mengatakan bahwa pipa gas Arab di dalam wilayah Suriah siap untuk mendistribusikan gas ke Lebanon.
Bassam Tohme, menteri perminyakan Suriah, mengumumkan bahwa Suriah akan menerima gas sebagai imbalan atas pipa gas yang melewati wilayahnya.
Situs berita Lebanon Al-Ahed News mengutip Bassam Tohme, melaporkan: Pipa gas Arab di dalam Suriah siap untuk mendistribusikan gas.
Baca Juga : Jurnalis: Pembobolan Penjara Telah Jerumuskan Israel ke Dalam Krisis Keamanan Lain
Dengan menyatakan bahwa pipa telah menjadi sasaran teroris puluhan kali, dia menekankan bahwa perbaikan pipa telah menelan biaya beberapa miliar Pound Suriah atau Lira Suriah.
Menteri Perminyakan Suriah menyatakan bahwa menurut nota kesepahaman antara Suriah dan Mesir pada tahun 2000 dan aksesi Yordania pada tahun 2001, masing-masing negara berkewajiban untuk membangun bagian dari pipa di wilayahnya.
Menurut Tohme , pipa tersebut berjarak 320 kilometer dari perbatasan Yordania ke Al Rayyan di Suriah tengah dan berdiameter 36 inci. Pipa ini memiliki kapasitas untuk mendistribusikan 10 miliar meter kubik gas per tahun.
Di akhir dia mengatakan bahwa Kerja sama dengan negara-negara Arab ini merupakan langkah menuju dimulainya kembali hubungan, yang akan menguntungkan ekonomi Suriah dan mengurangi efek sanksi AS yang menindas.
Baca Juga : Kelompok Advokasi: Ditindas Israel, Tahanan Palestina Rencanakan Tindakan Protes
Kesepakatan distribusi gas dari Suriah ke Lebanon dimulai setelah Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah menekankan bahwa kapal bahan bakar akan berlayar dari Iran ke Lebanon untuk menyelesaikan krisis negara itu.
Sayyid Hassan Nasrallah dalam memperingatkan Amerika Serikat dan rezim Zionis jika menyerang kapal-kapal minyak Iran, menekankan bahwa perlawanan (Muqawamah) Lebanon akan menganggap kapal-kapal ini sebagai wilayah negara mereka.
Hanya beberapa jam setelah pidato sekretaris jenderal Hizbullah Lebanon pada peringatan kesyahidan Imam Husein (as) dan para sahabatnya, Washington berbicara tentang klaim bantuan ke Lebanon. Dimana Kantor presiden Lebanon mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa duta besar AS di Beirut, dalam kontak dengan presiden Lebanon, telah mengumumkan rencana untuk mengimpor listrik dan gas dari Yordania dan Mesir ke Libanon.
Baca Juga : PBB: Sejak Januari Israel Telah Membunuh 58 Warga Palestina, Termasuk Anak-Anak
Setelah pengumuman Duta Besar AS, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Yordania Hala Zawati juga secara resmi mengumumkan: Bantuan untuk Lebanon dan rakyatnya berada di garis depan isu-isu yang diangkat oleh Raja Abdullah II selama kunjungannya baru-baru ini ke Amerika Serikat. Hal itu dilakukan sebagai jawaban atas pertanyaan tentang kemungkinan ekspor listrik dari Yordania ke Lebanon dan gas Mesir melalui Yordania dan Suriah ke negara ini.
Langkah Amerika itu dilakukan dalam keadaan Amerika tidak pernah mengajukan tawaran seperti itu selama krisis Lebanon yakni selama setahun, meskipun Lebanon sangat membutuhkan bahan bakar.
Lebanon telah bergulat dengan krisis ekonomi dan politik yang parah selama setahun. Lebanon menjadi lokasi ledakan di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus 2020 yang menewaskan lebih dari 190 orang dan melukai 6.500 orang. Ledakan itu membawa Lebanon ke dalam krisis politik-ekonomi-sosial.
Baca Juga : Khaled Mashaal Serukan Peringanan Penderitaan Warga Palestina di Lebanon
Krisis bahan bakar telah meningkat ke titik di mana beberapa sumber berita melaporkan pemadaman listrik di Lebanon selatan dan tentara telah mengumumkan bahwa mereka hanya memiliki bahan bakar selama 4 hari dan setelah itu tidak dapat lagi melanjutkan kegiatannya.
Menyusul meningkatnya krisis, media Lebanon juga memperingatkan risiko kekurangan bahan bakar dan pemadaman listrik di bagian-bagian penting negara itu, termasuk rumah sakit.