Washington D.C., Purna Warta – Salah satu petinggi Kementerian Pertahanan Amerika Serikat mengatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi Amerika Serikat saat ini di Timur Tengah adalah Iran.
Dalam sebuah wawancara dengan Sky News pada Jumat (9/7) seorang pejabat Departemen Pertahanan AS yang tidak disebutkan namanya menyebut Iran sebagai masalah terbesar di Timur Tengah. Ia mengklaim Iran adalah dalang utama serangan terhadap pasukan AS dan sekutu Washington di wilayah tersebut.
Baca Juga : Pasukan Israel Lukai Lebih dari 400 Warga Palestina di Nablus
Pejabat AS itu lebih lanjut mengklaim bahwa serangan terhadap pasukan AS di Irak direncanakan oleh Iran dan milisi yang didukungnya.
Pejabat Pentagon itu juga mengkritik serangan roket dan drone yang dilakukan oleh Ansarullah Yaman ke Arab Saudi yang merupakan salah satu sekutu terpenting AS di Timur Tengah, dengan mengabaikan kejahatan Arab Saudi dan perang lebih dari enam tahun di Yaman, yang menewaskan ribuan warga sipil tak berdosa dan menghancurkan infrastruktur Yaman. Ia juga menyebut serangan Ansarullah Yaman tersebut dijalankan oleh Iran.
Pejabat Pentagon itu mengatakan kepada Sky News bahwa Amerika Serikat sedang bekerja untuk memperkuat aliansinya di kawasan Asia Barat. Ia menekankan bahwa kemitraan militer dengan sejumlah negara ini di kawasan itu sangat penting dan krusial.
Mengenai Suriah, dia mengatakan bahwa krisis di negara itu tidak dapat diselesaikan lewat jalur militer tetapi solusi politik. Ia mengatakan, Amerika Serikat bekerja dengan “teman-temannya” di kawasan dan Eropa untuk memulai proses politik yang akan membantu krisis kemanusiaan di Suriah.
Baca Juga : Demi Hapus Saad Hariri, Dubes Prancis dan AS di Lebanon Kunjungi Saudi
Pejabat AS itu juga mengatakan bahwa negaranya mendukung rezim Zionis dengan segala sumber dayanya dan mendukung apa yang disebutnya “pertahanan diri Israel”.
Dia menyimpulkan dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat fokus untuk mendukung sekutunya di kawasan Teluk Persia dan bekerja keras untuk memastikan bahwa negara-negara ini memiliki kemampuan militer yang diperlukan untuk “mempertahankan diri.”