Baghdad, Purna Warta – Pengamat asal Iraq, Fadhil Abu Rgheef, mengatakan bahwa ISIS setidaknya memiliki empat kandidat pemimpin baru.
Hal itu mencuat setelah pemimpin ISIS Abu Ibrahin Al-Qurayshi tewas dalam serangan pasukan khusus Amerika Serikat di Idlib, Suriah, beberapa waktu lalu.
“Kandidat itu termasuk Abu Khadija, yang terakhir diketahui sebagai pemimpin ISIS di Irak, Abu Muslim, pemimpin di provinsi Anbar, dan ada lagi yang disebut Abu Salih, meski informasi tentangnya sedikit, ia dekat dengan Baghdadi dan Qurayshi,” tutur Rgheef, dikutip dari Reuters.
Baca Juga : Amerika Serikat Alami Keterbatasan Kemampuan Pengintaian di Yaman
“Ada juga Abu Yassir al-Issawi, yang diduga masih hidup. Ia merupakan aset berharga untuk kelompok itu dan memiliki pengalaman militer panjang,” lanjutnya.
Menurut Rgheef, pemimpin ISIS tersebut bisa memiliki mandat militer yang lebih kuat dibandingkan Qurayshi.
“Serangan dan operasi akan berubah karakternya, bergantung pada gaya pemimpin baru. Pemimpin baru mungkin lebih percaya pada serangan besar dan intens, bom dan bom bunuh diri,” kata Rgheef lagi.
Pemimpin ISIS Qurayshi meledakkan dirinya sendiri saat ia ditangkap oleh Amerika Serikat di Suriah, menurut beberapa pejabar Iraq
Kematian Qurayshi merupakan serangan telak bagi ISIS setelah pemimpin terlama mereka, Abu Bakr al-Baghdadi, tewas dalam situasi yang sama di 2019.
Baca Juga : Kesalahan-Kesalahan Jenderal Bintang 4 Amerika Serikat
Sementara itu, pada tahun 2021 Issawi dilaporkan mati saat pasukan Iraq dan koalisi militer AS berperang melawan ISIS di Iraq dan Suriah.
Namun, menurut seorang pejabat keamanan Iraq menduga Issawi masih hidup.
“Jika dia belum mati, dia akan menjadi kandidat. Ia mencoba dan mengetes rencana serangan militer dan memiliki ribuan pendukung,” ujar pejabat itu.
Pejabat keamanan Iraq ini juga mengatakan bahwa ISIS bakal melakukan pembersihan keamanan atas pembocoran informasi yang berujung pada kematian Qurayshi. Setelah itu, barulah mereka akan memilih pemimpin baru.
Sementara itu, editor majalah New Lines yang juga sempat merilis riset terkait Quraishi, Hassan Hassan, menilai pemimpin baru ISIS kemungkinan adalah jihadis veteran Irak.
Baca Juga : Pukulan Keras Kedua ke Israel Pasca Disebut Apartheid Oleh Amnesty International
“Jika mereka memilih satu di beberapa pekan nanti, mereka harus memilih orang dari lingkup yang sama, kelompok yang menjadi bagian dari Anbari dan beroperasi (atas nama) ISIS sejak awal dibentuk,” kata Hassan.
Sementara itu, beberapa pengamat menyebut kematian Qurayshi dapat mengurangi moral anggotanya.
Hassan mengatakan penggantian Qurayshi akan mengurangi moral anggota ISIS.
“ISIS juga terkunci dalam kepribadian dan siapa yang paling dipercaya,” katanya.
Aaron Zelin, rekan senior di Institut Washington, mengatakan seorang pemimpin sangat penting bagi ISIS.
“Saat pemimpin kelompok ini terbunuh, sumpah Anda adalah untuk (pemimpin) selanjutnya, individu itu sendiri, dan bukan untuk kelompok.”
Baca Juga : Perundingan Rusia-Ukraina Gagal Hasilkan Kesepakatan
ISIS muncul dari gerilyawan yang melancarkan pemberontakan Islam Sunni pada tahun 2003. Keberadaan ISIS di Iraq merupakan cabang dari gerakan Al-Qaeda pimpinan Osama Bin Laden dan pendahulu ISIS.