Pembunuhan 13 Warga Sipil oleh Pasukan AS

Pembunuhan 13 Warga Sipil oleh Pasukan AS

Damaskus, Purna Warta Keheningan pemerintah AS atas pembunuhan 13 orang warga sipil dalam operasi pembunuhan pemimpin ISIS oleh pasukan AS, telah menjadi kontroversi di kalangan pengguna dunia maya, dan 10 di antara korban tersebut adalah perempuan dan anak-anak.

Upaya pemerintah AS untuk menutupi pembunuhan 13 warga sipil (yang termasuk diantara korban adalah 10 wanita dan anak-anak), dalam operasi di Suriah yang menyebabkan kematian seorang pemimpin ISIS telah memancing reaksi dari para pengguna dan para aktivis dunia maya.

Baca Juga : Syahid Qasim Soleimani Berbagi Manisan Kepada Anak-Anak Suriah

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Kamis (3 Februari), Joe Biden mengumumkan bahwa Abu Ibrahim al-Qurashi, pemimpin baru ISIS, telah tewas dalam serangan di barat laut Suriah.

Situs berita Time menulis bahwa Operasi yang berlangsung di desa Atmeh dekat perbatasan Turki itu berlangsung sekitar dua jam.

Pejabat pemerintah AS mengeluarkan pernyataan awal yang berfokus pada fakta bahwa tidak ada orang Amerika yang tewas dalam operasi tersebut. Mereka mencoba mengalihkan pikiran-pikiran tentang terbunuhnya orang lain (warga sipil) dalam operasi itu.

Juru bicara Pentagon John Kirby misalnya, menggambarkan operasi itu sebagai operasi yang berhasil. Dan mengatakan bahwa Kami tidak memiliki korban Amerika. Informasi lebih lanjut akan diberikan segera setelah tersedia.

Baca Juga : Al-Houthi: UEA telah Menjadi Alat bagi Amerika Serikat, Inggris, dan Israel

Namun Associated Press mengutip warga yang mengatakan mereka telah melihat beberapa orang berjatuhan di tempat kejadian. Hanya beberapa saat kemudian, beberapa kelompok yang aktif di Suriah melaporkan bahwa operasi AS telah menewaskan enam anak, empat wanita dan tiga orang lainnya.

Seperti biasa setelah upaya gagal pemerintah AS untuk menutupi banyaknya korban yang berjatuhan akibat operasi yang dilakukan oleh pasukan AS, Presiden AS, Joe Biden beruasaha untuk membebaskan dirinya dari tanggung jawab.

Dia mengatakan dalam pidato yang disampaikan beberapa jam yang lalu bahwa: Kami mendesak Departemen Pertahanan untuk sangat berhati-hati dalam meminimalkan korban sipil. Dan karena teroris ini telah memenuhi lingkungannya dengan keluarga, terutama anak-anak, kami lebih suka menggunakan pasukan khusus daripada mengebom tempat itu.

Baca Juga : Al-Bukhaiti: Keamanan UEA telah Jatuh ke Tangan Yaman

Presiden Amerika Serikat melanjutkan: kelompok operasi ini belum menyelesaikan tugas laporannya, tetapi kita tahu bahwa ketika pasukan kita mendekat untuk menangkap teroris, dalam tindakan pengecut, dia tidak hanya meledakkan bom sabuk bunuh diri, tetapi meledakkan seluruh lantai tiga gedung, terlepas dari kehadiran keluarga dan orang lain di dalam gedung.

Tingkah laku Biden itu memancing reaksi dari para pengguna dunia maya.

Seorang pengguna, misalnya, menulis: Sebuah tim kemanusiaan mengatakan seluruh keluarga termasuk seorang anak tewas dalam operasi tersebut. Dengan hal itu, Biden mengatakan operasi itu sempurna dan misinya selesai. Kita harus melihat apakah ini membantu meningkatkan [kinerja Biden] dalam jajak pendapat, ataukah tidak.

Majalah Time menulis bahwa masih ada ketidaksepakatan dan perbedaan pendapat tentang berapa banyak orang yang terbunuh selama operasi AS. Misalnya, kelompok yang dikenal sebagai Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang dekat dengan oposisi Suriah, mengatakan bahwa sembilan orang, termasuk dua anak dan seorang wanita, tewas dalam operasi tersebut. Ahmed Rahal, seorang jurnalis yang mengunjungi lokasi serangan, mengatakan dia telah melihat 12 mayat.

Baca Juga : Coba Redakan Konflik Ukraina-Rusia, Erdogan Kunjungi Kiev

Pentagon atau badan-badan AS lainnya belum mengomentari berapa banyak warga sipil yang tewas selama operasi yang dilakukan oleh pasukan AS tersebut.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *