Tel Aviv, Purna Warta – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara tak langsung menyatakan dirinya telah mengunjungi Arab Saudi beberapa waktu lalu.
Netanyahu membuat komentar itu dalam pertemuan tertutup partai Likud pada Sabtu (2/1) ketika dia ditanya tentang kemungkinan kesepakatan antara Tel Aviv dan Kurdi Irak.
“Saya baru-baru ini mengunjungi negara-negara Arab lainnya. Namun sebagaimana saya tak dapat mengatakan sesuatu tentang Emirates sebelumnya, kini saya juga tidak bisa mengatakannya sekarang (negara Arab yang saya maksud),” katanya kepada pejabat dari partai yang berkuasa, menurut bocoran dari pertemuan tersebut.
Mengingat kunjunga Netanyahu ke Bahrain dan UEA telah dibatalkan dalam beberapa bulan terakhir, kemungkinan besar negara yang dimaksud telah dikunjungi oleh Netanyahu tak lain adalah Arab Saudi.
Netanyahu dilaporkan telah bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman di kota Laut Merah Neom pada 22 November, bersama dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Sumber-sumber Israel mengkonfirmasi pada kunjungan yang berlangsung beberapa jam itu, tetapi sejauh ini belum ada pernyataan resmi yang dibuat. Selain itu, Kementerian Luar Negeri Saudi membantah rincian pertemuan yang dilaporkan, tetapi Netanyahu dan Salman tidak mengadakan pertemuan.
Komentar Netanyahu muncul dua minggu setelah dia mengklaim bahwa “lebih banyak, lebih banyak negara” akan menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel “jauh lebih cepat dari perkiraan.”
Sejak September, rezim Israel telah mencapai kesepakatan normalisasi dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko, dengan pejabat AS mengatakan kesepakatan dengan Arab Saudi “tidak bisa dihindari”.
Washington telah mencoba membujuk Riyadh untuk mengikuti jejak negara-negara Arab lainnya di Teluk Persia untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Para pejabat Saudi mengatakan Riyadh mendukung normalisasi penuh dengan Israel. Namun pihak mereka tak ingin mengumumkan kesepakatan itu secara tiba-tiba sebagaimana yang dilakukan UEA dan Bahrain, sembari menyatakan bahwa perjanjian perdamaian permanen dan lengkap harus dicapai terlebih dahulu antara Israel dan Palestina.
Kesepakatan normalisasi antara beberapa negara Arab dan rezim Tel Aviv telah dikecam keras oleh semua faksi Palestina sebagai “tusukan di belakang” terhadap perjuangan mereka melawan pendudukan Israel.
Baca juga: Kejahatan Koalisi Saudi Tahun Baru Menyerang Acara Pernikahan di al-Hudaydah