Tehran, Purna Warta – Menteri luar negeri Iran mengatakan tidak ada seorang pun yang menganggap serius tuduhan dan ancaman kosong anti-Iran yang tidak berdasar dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena rezim pendudukan berada dalam “negara terlemah” di tengah krisis internal.
Pernyataan Hussein Amir-Abdullahian muncul pada hari Minggu (24/9), dua hari setelah Netanyahu menyerukan “ancaman nuklir yang kredibel” terhadap Iran dalam pidatonya di sesi ke-78 Majelis Umum PBB.
Baca Juga : Menlu Iran dan Saudi Bertemu untuk Keempat Kalinya Sejak Pemulihan Hubungan
Namun, kantor perdana menteri yang bersifat hawkish kemudian mengklarifikasi bahwa ia salah membaca kalimat tersebut dan bermaksud mengatakan “ancaman militer yang kredibel.”
Amir-Abdullahian mengatakan Tel Aviv hanya mampu mengeluarkan ancaman tetapi tidak bertindak.
“Pertama, Netanyahu dan rezim palsu Israel hanya mampu memberikan ancaman terhadap Republik Islam. Artinya, jika mereka mampu melakukan sesuatu, mereka tidak akan menggunakan retorika seperti itu. Saat ini, mereka (Israel) bergulat dengan krisis berlapis di wilayah pendudukan,” tambahnya.
“Kedua, perdana menteri dari rezim palsu dan pendudukan menggunakan bahasa ancaman dari podium PBB dengan tidak menghormati aturan badan dunia; sebuah fakta yang menunjukkan rezim Zionis memanfaatkan instrumen internasional.”
Baca Juga : Ukraina: Komandan Angkatan laut Rusia Tewas di Markas Krimea dalam Serangan Rudal
Diplomat tinggi Iran juga mencatat bahwa beberapa pejabat dari berbagai negara, yang menghadiri pertemuan Majelis Umum, menyebut perilaku Netanyahu sebagai lelucon.
“Zionis, yang memiliki ratusan hulu ledak nuklir, dengan berani melanjutkan program ancaman mereka,” tambahnya.
“Tetapi pada dasarnya, rezim palsu Israel tidak dalam posisi di mana orang-orang menganggap serius perkataan dan ancamannya. Zionis saat ini berada dalam kondisi terlemahnya.”
Israel, yang menerapkan kebijakan ambiguitas yang disengaja mengenai senjata nuklirnya, diperkirakan memiliki 200 hingga 400 hulu ledak nuklir di gudang senjatanya, menjadikannya satu-satunya pemilik senjata non-konvensional di Timur Tengah.
Namun, entitas yang mengambil alih kekuasaan menolak mengizinkan inspeksi terhadap fasilitas nuklir militernya atau menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Baca Juga : Protes Israel Saat Pidato Raisi di PBB Jadi Bumerang
Sebaliknya, Iran telah lama bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sebagai salah satu pihak yang menandatangani NPT.
Iran menunjukkan kepada dunia sifat damai dari program nuklirnya dengan menandatangani perjanjian nuklir tahun 2015 dengan enam negara besar.