Tehran, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Iran Hussein Amir-Abdullahian mengatakan segala jenis penundaan dalam mengutuk dan mencegah penodaan Al-Qur’an menunjukkan “standar ganda” oleh masyarakat internasional.
Baca Juga : Jenderal Tertinggi: Iran Akan Intensifkan Serangan Terhadap Kelompok Teroris Irak
Berbicara pada hari Selasa (11/7) di sesi ke-53 Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Amir-Abdullahian mengatakan penodaan Alquran terbaru di Swedia adalah insiden keenam dari jenisnya di negara-negara Eropa pada tahun 2023 dan menggambarkannya sebagai “tindakan yang dengan berani menghasut kekerasan, kebencian, diskriminasi dan permusuhan terhadap Muslim.”
“Membakar Alquran bukan hanya pelanggaran hak asasi manusia, tetapi juga pelanggaran hak lebih dari dua miliar Muslim di seluruh dunia. Tindakan menjijikkan seperti itu harus segera dikutuk oleh semua pendukung hak asasi manusia,” kata diplomat Iran itu.
Amir-Abdullahian menggarisbawahi perlunya mengidentifikasi dan menghilangkan “celah hukum” baik di tingkat nasional maupun internasional untuk mencegah terulangnya kembali penghinaan terhadap Al-Qur’an sesegera mungkin.
“Kami dengan tegas mendesak otoritas Swedia dan negara-negara Eropa lainnya untuk mengambil tindakan segera dan efektif terhadap para pelaku tindakan mengerikan tersebut untuk mencegah terulangnya mereka di masa depan,” katanya.
Baca Juga : Al-Qaeda Tembak Jatuh Drone Emirat di Abyan
Amir-Abdullahian juga meminta negara-negara dunia untuk memerangi tindakan kebencian agama yang memicu diskriminasi, permusuhan dan kekerasan.
“Keraguan atau keterlambatan apapun dalam mengutuk atau mencegah tindakan semacam itu hanya akan memperkuat persepsi standar ganda dan membenarkan penyalahgunaan kebebasan berekspresi,” menteri luar negeri Iran menggarisbawahi.
Pada 28 Juni, Salwan Momika, seorang imigran Irak berusia 37 tahun menginjak Al-Qur’an sebelum membakar beberapa halaman di depan masjid terbesar di Stockholm. Penghinaan terhadap kitab suci umat Islam dilakukan di bawah otorisasi dan perlindungan polisi Swedia.
Insiden itu, bertepatan dengan dimulainya Idul Adha umat Islam dan berakhirnya ibadah haji tahunan ke Mekkah di Arab Saudi, memicu kemarahan umat Islam dari seluruh dunia.
Baca Juga : Rasis dan Brutal Hadapi Demonstran, Prancis Hadapi Kritikan Keras PBB
Menyusul insiden tersebut, beberapa ribu warga Irak berkumpul di dekat kedutaan Swedia di Bagdad memprotes pembakaran Alquran dan menuntut pengusiran duta besar.
Orang-orang di negara Muslim lainnya juga turun ke jalan sebagai protes terhadap langkah tersebut.
Pelaku tindakan asusila tersebut kemudian mengatakan kepada sebuah surat kabar Swedia bahwa dia bermaksud mengulangi protesnya pada bulan Juli.
Swedia telah berulang kali mengizinkan pembakaran Alquran dalam beberapa tahun terakhir. Pada bulan Januari, seorang ekstrimis sayap kanan Swedia-Denmark membakar salinan Alquran di dekat kedutaan Turki di Stockholm.
Baca Juga : Kunjungan Presiden Raisi Ke Kenya Dalam Rangka Kerja Sama