Tehran, Purna Warta – Menlu Iran, Hussein Amir Abdullahian membuat pernyataan dalam sebuah posting di akun Instagram-nya pada hari Rabu (31/8), yang bertepatan dengan peringatan 44 tahun hilangnya ulama Syiah asal Libanon terkemuka di Libya, Musa Sadr.
“Empat puluh empat tahun telah berlalu sejak penculikan Imam Musa al-Sadr dan para sahabatnya… Seorang cendekiawan yang inovatif dan bersemangat yang menghembuskan kehidupan baru ke dalam tubuh bangsa Islam dan komunitas Muslim dan Kristen Libanon dengan semangat mesianiknya. Dia benar-benar pembawa persatuan dan identitas bagi umat Islam dan pengkhotbah koeksistensi dan saling menghormati di antara para pengikut agama dan sekte politik,” kata Amir Abdullahian.
Baca Juga : Pelanggaran Lanjutan Koalisi Saudi terhadap Gencatan Senjata
“Imam Musa al-Sadr tidak berada di antara kita selama 44 tahun, tetapi kepeloporan dan tekadnya masih berdiri sebagai tujuan besar umat Islam dalam memerangi rezim Zionis begitu pun halnya dengan ketidaktahuan dan ketidaksadaran yang ada diantara umat Islam,” tambahnya.
“Kasus hilangnya Imam Musa al-Sadr selalu menjadi salah satu isu penting yang akan dilanjutkan melalui upaya berkelanjutan Republik Islam Iran dan aparat diplomatik Iran serta Libanon sampai kesimpulan tercapai dan kebenaran terungkap,” tegasnya.
Imam Musa al-Sadr adalah seorang ulama Syiah keturunan Iran yang sangat dihormati, yang mendirikan Gerakan Amal (Harapan) Libanon pada tahun 1974. Dia datang ke Libanon pada tahun 1959 untuk bekerja untuk hak-hak Muslim Syiah di kota pelabuhan Tirus, yang terletak sekitar 80 kilometer (50 mil) selatan Beirut.
Ulama terkemuka Syiah itu menghilang pada 31 Agustus 1978, selama kunjungan resmi ke ibu kota Libya, Tripoli. Dia didampingi oleh Sheikh Mohammad Yaqub dan jurnalis Abbas Badreddine.
Libanon masih menganggap mantan pejabat Libya bertanggung jawab atas hilangnya ketiganya.
Baca Juga : Surat Resmi Damaskus ke Dewan Keamanan
Sejak diktator Libya Muammar Gaddafi digulingkan dan dibunuh pada 2011, Libanon dan Iran telah berulang kali meminta pemerintah Libya untuk meluncurkan penyelidikan atas hilangnya Sadr.
Hannibal Gaddafi, putra diktator Libya, saat ini ditahan di Libanon, menghadapi tuduhan menyembunyikan informasi mengenai kasus Musa Sadr.
Pada Agustus 2016, keluarga Sadr mengajukan gugatan terhadap Gaddafi atas perannya dalam penghilangan ulama senior Syiah.