Washington, Purna Warta – Dua pejabat senior pemerintahan Joe Biden mengatakan dalam sebuah laporan kepada Kongres pada hari Kamis (17/3) bahwa pembicaraan Wina telah mencapai tahap akhir, Politico melaporkan.
Robert Mali, perwakilan Biden untuk masalah Iran, dan Brett McGurk, Asisten Sekretaris Dewan Keamanan Nasional AS untuk Asia Barat memberi penjelasan kepada anggota Kongres tentang kemajuan pembicaraan, kata surat kabar itu.
Baca Juga : Arab Saudi Sudah Eksekusi 100 Orang Sejak Awal 2022
Politico mengutip tiga sumber informasi yang mengatakan bahwa pertemuan itu, yang dihadiri oleh anggota Komite Urusan Luar Negeri DPR, optimis bahwa Mali dan McGurk berada di garis depan pembicaraan dan bahwa kesepakatan tentang dimulainya kembali JCPOA sudah dekat.
Dengan mengulangi klaim baru-baru ini oleh pejabat Barat dalam menyudutkan Iran, seorang anggota kongres Demokrat, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan: “Sebuah kesepakatan sudah dekat. Kami hanya menunggu Iran. Rusia telah menarik diri dari permintaan pencabutan sanksi.”
Di sisi lain, Politico mengutip seorang pejabat senior AS yang dekat dengan pembicaraan Wina mengatakan bahwa pencapaian kesepakatan di Wina belum dekat atau final, dan pemerintah Amerika Serikat siap untuk kesepakatan global dengan atau tanpa Iran.
Namun, publikasi AS ini menulis bahwa nada kurang optimis McGurk dan Mali pada sidang kongres dan tanpa kepastian penuh pada spekulasi tentang dekatnya kesepakatan untuk menghidupkan kembali JCPOA terlihat, bahkan hal ini pun terlihat di antara para pejabat pemerintah AS lainnya.
Baca Juga : Tel Aviv Beli Peralatan Militer Karena Takut Pembalasan Iran dan Hizbullah
“Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, kami percaya bahwa kemajuan signifikan telah dibuat dan kami hampir mencapai kesepakatan, tetapi kami belum mencapai titik itu,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.
Pernyataan AS bahwa ada beberapa masalah utama dalam pembicaraan yang perlu diselesaikan bertentangan dengan propaganda beberapa hari terakhir, yang mengklaim bahwa Rusia telah mengganggu pembicaraan Wina.
Beberapa hari lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia telah meminta jaminan tertulis kepada Amerika Serikat bahwa sanksi yang dijatuhkan kepada Moskow dengan dalih serangan di Ukraina tidak akan mempengaruhi hubungan ekonomi dan perdagangannya dengan Iran. Menyusul pernyataan Lavrov, negara-negara Eropa mengumumkan bahwa negosiasi tersebut perlu ditunda.
Namun, Lavrov mengatakan setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada hari Kamis (17/3) bahwa Rusia telah menerima jaminan tertulis dari Amerika Serikat bahwa kerja sama nuklir Moskow-Tehran tidak akan dikenakan sanksi setelah perjanjian Wina.
Baca Juga : Penjelasan Tentara Irak Tentang Hasil Penyelidikan Markas Mossad di Erbil
Bertepatan dengan perkembangan ini, anggota parlemen Republik di Senat AS telah memperkenalkan RUU yang menyerukan China dan Rusia untuk berhenti bekerja sama dalam program nuklir Iran sebagai bagian dari ketentuan kesepakatan nuklir JCPOA.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Christopher Berger mengatakan pada hari Kamis bahwa apa yang tertulis pada draf teks akhir dalam pembicaraan Wina telah selesai dirampung dan keputusan politik yang diperlukan harus dibuat di ibu kota.
Saeed Khatibzadeh, juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran juga mengatakan bahwa “rancangan perjanjian telah disiapkan, sayangnya, Barat dan Amerika Serikat belum membuat keputusan politik mereka pada tiga atau lebih banyak masalah utama. Kami mencoba membuat garis merah Republik Islam Iran, dan dasar berpikir serta alasannya, serta bagaimana menyelesaikan masalah ini sepenuhnya sehingga jelas bagi pihak Barat.”