Tehran, Purna Warta – “Empat puluh tujuh agen mata-mata meluncurkan perang hibrida habis-habisan melawan Republik Islam Iran,” kata kepala Basij Iran, sambil menambahkan bahwa setelah kecewa dengan konfrontasi secara langsung, musuh memilih “perang hibrida” menggunakan media dan operasi psikologis untuk menipu bangsa Iran agar mengikuti arus mereka.
Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Brigadir Jenderal Ghulamreza Soleimani dalam sebuah pidato di sebuah acara di ibu kota Tehran pada hari Rabu (30/11), saat berbicara tentang kerusuhan baru-baru ini di negara itu, yang merenggut banyak nyawa tak berdosa, termasuk pasukan keamanan.
Baca Juga : Kelompok Daesh Umumkan Pemimpinnya Terbunuh dalam Aksi
“Kerusuhan seharusnya dimulai dari minggu kedua mengikuti bulan kalender Iran, Mehr atau bersamann dengan awal Oktober bersamaan dengan pembukaan sekolah dan universitas tetapi dimulai lebih awal setelah sebuah insiden,” katanya.
Kerusuhan pecah segera setelah Mahsa Amini yang berusia 22 tahun pingsan di kantor polisi dan meninggal di rumah sakit tiga hari kemudian meskipun mendapat perawatan medis penuh.
Sebuah laporan resmi oleh Organisasi Kedokteran Hukum Iran mengaitkan kematian Amini dengan masalah kesehatan yang mendasarinya, bukan pukulan ke kepala atau organ tubuh vital lainnya seperti yang dilaporkan secara salah oleh media Barat.
“Musuh telah dikalahkan baik dalam perang tatap muka maupun perang hibrida dan baik Israel maupun Amerika telah mengakui hal ini,” tegas Soleimani, dirinya menambahkan bahwa insiden ini merupakan kelanjutan dari upaya AS untuk memulihkan dominasinya atas Iran yang telah hilang. 44 tahun lalu dengan kemenangan Revolusi Islam
Bangsa Iran selalu menunjukkan “kewaspadaan” dalam menghadapi plot Amerika-Israel seperti itu dalam empat dekade terakhir, tegasnya.
Baca Juga : Reaksi Al-Mashat atas Arogansi AS terhadap Rakyat Yaman
Pernyataan itu muncul beberapa hari setelah Kementerian Intelijen Iran dan Organisasi Intelijen Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) mengeluarkan pernyataan bersama pada 28 Oktober, menunjuk pada peran utama agen mata-mata asing, terutama CIA, dalam mengatur kerusuhan dan kekerasan di Iran.
“Bukti intelijen menunjukkan bahwa CIA telah menyusun rencana yang luas dengan kerjasama layanan mata-mata sekutu dan proksi reaksioner sebelum dimulainya kerusuhan untuk memulai kekacauan nasional dengan tujuan melakukan kejahatan terhadap bangsa Iran yang besar dan integritas teritorial negara serta membuka jalan untuk meningkatkan tekanan asing,” bunyi bagian dari pernyataan itu.
Menurut informasi yang tersedia, pernyataan itu menyatakan, “CIA memainkan peran utama” sambil bekerja sama erat dengan layanan mata-mata Inggris, rezim Israel dan Arab Saudi.
Badan intelijen juga mengatakan bahwa musuh merencanakan dan menerapkan “perang media global” melawan Iran, menggunakan saluran TV dan media sosial.
Tercatat bahwa Twitter dan Instagram mengabaikan peraturan mereka sendiri untuk membuka jalan bagi penyebaran “berita palsu”.
Baca Juga : Penarikan Pasukan Amerika dari Beberapa Posisi di Suriah Utara