Teheran, Purna Warta – Kedutaan Besar Iran di Kopenhagen, Denmark, pada Jumat mengutuk penghinaan terhadap kitab suci, termasuk Al-Qur’an.
“Kedutaan Iran di Kopenhagen mengutuk keras tindakan penghinaan terhadap buku-buku agama dan simbol nasional di Kopenhagen dan percaya bahwa tindakan tersebut direncanakan dan dilaksanakan oleh ekstremis dengan tujuan dan motif yang menghasut,” kata Kedutaan Iran dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga : Ini Faktor Ketidakmungkinan IRGC Melakukan Kudeta terhadap Pemerintahan Islam Iran
Kedutaan Iran juga mengutuk tindakan kriminal semacam itu dan kurangnya langkah tegas untuk mencegah tindakan pencemaran nama baik tersebut.Sambil menyoroti bahwa kebebasan berbicara adalah prinsip hak asasi manusia yang mendasar, kedutaan mengatakan hal itu tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghina agama, kitab suci, atau simbol dan nilai-nilai nasional bangsa.
Juga pada hari Sabtu, Kazem Jalali, Duta Besar Iran untuk Rusia, mengecam tindakan yang tidak menghormati Al-Qur’an.
Sebelumnya, kedutaan Iran di Denmark telah meminta semua pemerintah untuk memastikan bahwa ekstremis tidak diberi kesempatan untuk menyakiti perasaan pengikut agama apa pun di bawah slogan kebebasan berekspresi.
Kedutaan mengecam keras penghinaan terhadap kitab suci agama, termasuk Al-Qur’an, Injil dan Taurat. Pernyataan itu juga mencatat bahwa penodaan dan pembakaran kitab suci berbagai agama bukan hanya contoh nyata kebencian agama, tetapi juga penghinaan terhadap pengikutnya dan pelanggaran hak asasi manusia yang jelas.
Baca Juga : Iran Ungkap Motif Terselubung di Balik Pembakaran Al-Qur’an
“Tindakan ofensif seperti menghina buku-buku agama bukanlah kebebasan berbicara, melainkan ekspresi kebencian yang terang-terangan,” tambahnya.
Pada tanggal 23 Juli, Presiden Iran Ebrahim Raisi menyorot tanggapan pemerintah Swedia terhadap pembakaran Al-Qur’an di tanahnya, dengan mengatakan bahwa mengutuk tindakan asusila saja tidak cukup. “Mengeluarkan pernyataan mengutuk penghinaan terhadap Al-Quran oleh pemerintah Swedia sama sekali tidak cukup dan pemerintah ini harus membawa para pelaku kejahatan ini ke pengadilan,” kata presiden.
Pernyataan itu dilontarkan Raisi menanggapi penodaan Alquran oleh Salwan Momika, seorang pengungsi Irak yang tinggal di Swedia.
Dia melakukan tindakan asusila dua kali, pertama di depan masjid terbesar Stockholm pada 28 Juni dan sekali lagi pada 20 Juli di depan kedutaan Irak, keduanya di bawah perlindungan ketat polisi Swedia. Perilaku asusila telah memicu protes luas di seluruh dunia Muslim, khususnya di Iran. Semua negara Muslim telah mengeluarkan kecaman keras atas tindakan tersebut.
Baca Juga : Perdagangan Tahunan Iran-India Meningkat 47% dari Tahun Sebelumnya
Mengingat masa jabatan duta besar Iran dan Swedia saat ini akan segera berakhir, presiden Iran menyatakan dia telah mengarahkan Kementerian Luar Negeri untuk tidak melanjutkan pertukaran duta besar baru.
Iran telah memanggil diplomat Swedia ke Teheran sebagai tanggapan atas perilaku tidak senonoh Momika untuk menyampaikan kemarahan Republik Islam kepada otoritas Swedia karena membiarkan tindakan tersebut dilanjutkan. Menyusul pembakaran Al-Qur’an di Swedia, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian menyatakan bahwa negaranya tidak akan menerima duta besar baru dari Stockholm.