Tehran, Purna Warta – Setidaknya selama dua minggu, peziarah dari negara-negara termasuk Iran, Azerbaijan, Bahrain, Kuwait dan Arab Saudi, telah tiba di kota Karbala, yang terletak sekitar 100 kilometer (62 mil) barat daya ibukota Irak Baghdad, dengan puluhan ribu orang yang datang sebelum hari Arbain yang jatuh pada 17 September tahun ini.
Peziarah melakukan perjalanan ke kota suci untuk memiliki kesempatan menyentuh zarih berlapis emas yang mengelilingi makam Imam Hussein dan menyelipkan pesan melalui jeruji.
Baca Juga : Ribuan Protes Di London Atas Pembunuhan Polisi Terhadap Pria Kulit Hitam
Mereka membawa barang-barang di ransel atau tas di punggung mereka saat mereka bergerak menuju Karbala dengan berjalan kaki dari arah yang berbeda. Banyak pemuda membawa tenda agar bisa tidur di jalanan.
Rambu-rambu jalan dipasang dalam bahasa Farsi dan juga bahasa Arab untuk jutaan orang di antara kerumunan.
Menurut Kepala Markas Pusat Arbain Iran Sayyid Majid Mir-Ahmadi, diperkirakan 2,6 juta warga negara Iran sejauh ini telah melintasi perbatasan darat Iran ke Irak dan prosesnya berjalan lancar setelah beberapa hari ada jeda.
“Kami mengelola kedatangan dan keberangkatan jamaah dengan baik,” dia menekankan, dirinya mencatat bahwa “Alhamdulillah pejabat Iran dapat secara efisien menangani peningkatan kemacetan jamaah di perlintasan perbatasan. Saat ini, situasinya menguntungkan dan semua peziarah menyeberang ke Irak.”
Mir-Ahmadi menyatakan bahwa 600.000 orang Iran juga telah kembali ke negara itu.
Lalu lintas bergerak stabil di perlintasan perbatasan dan keluar masuknya jemaah haji dilakukan dengan mudah, tambahnya.
Baca Juga : Analisa Politik Iran: AS & E3 Tidak Dapat Dipercaya
Setiap tahun di Arbain, jutaan orang dari seluruh dunia berduyun-duyun ke Karbala. Kelompok besar pelayat berjalan kaki menuju kota suci untuk mengambil bagian dalam pertemuan tahunan Islam terbesar di dunia.
Imam Hussein (AS) dan 72 sahabatnya menjadi syahid dalam Pertempuran Karbala di Irak selatan pada tahun 680 M setelah berjuang dengan gagah berani untuk keadilan melawan tentara khalifah Umayyah yang jauh lebih besar, Yazid I.