Diam atas Kejahatan Sistematis Israel terhadap Palestina, Iran Kecam Komunitas Internasional

Diam atas Kejahatan Sistematis Israel terhadap Palestina, Iran Kecam Komunitas Internasional

Tehran, Purna Warta Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kana’ani mengutuk keras serangan fatal oleh tentara Israel di kota Nablus, Tepi Barat, dan mengecam dunia karena diam atas kejahatan sistematis Israel terhadap rakyat Palestina.

Kana’ani pada hari Rabu (22/2) mengutuk serangan brutal dan teroris oleh pasukan rezim Zionis di kota Nablus Tepi Barat yang menewaskan dan melukai puluhan warga Palestina.

Diplomat senior Iran menyerukan tindakan mendesak dari masyarakat internasional untuk menghentikan dan mengutuk “genosida Palestina oleh rezim Zionis dan kabinet rasis dan ekstremisnya”.

Baca Juga : Pengadilan Tinggi Saudi Jatuhkan Hukuman Mati Aktivis Syiah Asal Qatif

Mengacu pada kelanjutan dan eskalasi tindakan kriminal dan teroris Israel di Tepi Barat selama beberapa bulan terakhir, termasuk serangan di distrik Nablus dan Jenin, pembunuhan anak-anak, wanita dan orang tua serta penghancuran rumah warga Palestina, juru bicara menyatakan bahwa rezim Zionis melakukan semua kejahatan ini di tengah “diamnya badan-badan internasional dan apa yang disebut pembela hak asasi manusia di Barat yang memalukan dan tidak dapat ditolerir”.

Berterima kasih atas perlawanan berani rakyat, terutama pemuda Palestina di Quds suci, Jenin, Nablus, dan semua wilayah Palestina yang diduduki, Kana’ani menyerukan persatuan dan tindakan terkoordinasi dari pemerintah Islam untuk mendukung Palestina dan perlawanan sah mereka terhadap tindakan tidak manusiawi dan teroris dari rezim apartheid Zionis.

Sedikitnya 11 warga Palestina telah tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan Tentara Israel di Nablus pada hari Rabu. Sedikitnya 102 orang juga terluka pada hari Rabu – 82 terkena peluru tajam, dan menurut Kementerian Kesehatan Palestina Enam orang diantaranya berada dalam kondisi kritis.

Selama beberapa bulan terakhir, Israel telah meningkatkan serangan terhadap kota-kota Palestina di seluruh wilayah pendudukan. Akibat serangan tersebut, puluhan warga Palestina tewas dan banyak lainnya ditangkap.

Jumlah warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak awal 2023 kini telah meningkat menjadi 61 orang, termasuk 13 anak-anak, di wilayah pendudukan.

Baca Juga : Iran: Keruntuhan Israel Tak Terelakkan Terlepas dari Dukungan AS

Sekitar 171 warga Palestina, termasuk lebih dari 30 anak, dibunuh oleh pasukan Israel di Tepi Barat tahun lalu. PBB menandai tahun 2022 sebagai tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat dalam 16 tahun.

Dalam serangkaian tweet pada hari Kamis, Kana’ani juga mengatakan bahwa Israel pasti akan runtuh dan dukungan Amerika Serikat tidak akan mengubah nasib rezim Zionis yang tak terelakkan.

Juru bicara memperingatkan negara-negara yang menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv bahwa rezim Israel tidak sebanding dengan investasi mereka, dan menambahkan bahwa langkah tersebut tidak hanya akan menyebabkan kerugian modal tetapi juga akan menyebabkan degradasi nilai-nilai moral.

Diplomat tersebut menyatakan bahwa meskipun AS, sebagai sekutu strategis utama Israel, dapat terus mendukung Israel dan menekan negara lain untuk menormalisasi hubungan dengannya, penurunan dan keruntuhan rezim tersebut tidak dapat dicegah.

Pernyataan itu muncul setelah pemimpin oposisi Israel Yair Lapid memperingatkan tentang disintegrasi rezim selama pidato di parlemen pada hari Rabu, dan mencatat, “Dalam enam bulan ketika ekonomi Israel hancur, dalam setengah tahun ketika Israel mulai berantakan, kebencian akan merajalela di tengah-tengah masyarakatnya.”

Lapid membuat komentar setelah Knesset meloloskan dalam pembacaan pendahuluan sebuah RUU yang hampir dapat sepenuhnya mengakhiri pengawasan pengadilan terhadap undang-undang dengan memungkinkan parlemen untuk membuat undang-undang yang kebal terhadap tinjauan yudisial dengan mayoritas sederhana 61 dari 120 anggota parlemen.

RUU itu adalah bagian utama dari apa yang disebut “reformasi” rezim yang berupaya memperketat kontrol politik atas penunjukan yudisial dan membatasi kekuasaan pengadilan puncak untuk membatalkan keputusan kabinet atau undang-undang Knesset.

Lapid lebih lanjut mengecam kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena mengatakan secara terbuka dalam memajukan undang-undang yang sangat kontroversial.

Baca Juga : Kepala Nuklir Iran: IAEA Tidak Punya Alasan untuk Mengadopsi Resolusi Anti-Iran

Presiden Israel Isaac Herzog telah memperingatkan tentang “keruntuhan” dan “ledakan” setelah protes terhadap rencana “reformasi peradilan” kabinet yang dipimpin Netanyahu yang kontroversial.

Koalisi Netanyahu, bagaimanapun, mengklaim bahwa reformasi diperlukan untuk mengekang apa yang disebutnya melampaui batas oleh hakim.

Demonstrasi besar-besaran telah berkecamuk sejak kabinet baru Netanyahu, yang dijuluki sebagai sayap paling kanan dalam sejarah rezim, mulai menjabat pada akhir Desember.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *