Tehran, Purna Warta – Ilmuan Iran di Amir-Kabir Technical University dilaporkan Iran Press berhasil mencapai teknologi produksi material paling ringan di dunia, yang dikenal dengan nama Aerographene.
Pemimpin proyek Arash Ghazitabar mengatakan bahwa bahan tersebut dapat digunakan di berbagai industri dan sangat penting bagi perusahaan industri dunia. Semua peralatan yang terlibat dalam produksi bahan bersifat domestik, dan produksinya dapat dilakukan dalam skala besar.
Baca Juga : Menhan Iran Tegaskan Kerjasama Pertahanan Iran-Irak akan Diperkuat
Ghazitabar mengatakan Aerographene meningkatkan baterai dan kapasitas superkapasitor, memperpanjang umurnya hingga 5 kali lipat, mengurangi risiko lingkungan, dan mengurangi bobot perangkat yang dibuat darinya.
“Aerographen juga meningkatkan ketahanan korosi, meningkatkan penyerapan gelombang elektromagnetik, dan melindungi perangkat dan peralatan dari gelombang ini”, tambahnya.
Aerogel sebenarnya bukanlah material baru. Aerogel diciptakan oleh Dr. Samuel Stephens Kistler di antara tahun 1929 dan 1930. Dr. Kistler berasal Amerika Serikat, memulai studi doktoral dan penelitiannya di Stanford University pada 1927.
Meskipun wujudnya terlihat seperti agar-agar, namun aerogel adalah material yang sangat padat. Aerogel adalah frame gel yang utuh, kering, sangat padat, dan berpori padat. Saat disentuh, permukaan aerogel terasa seperti permukaan Styrofoam, namun tidak lunak.
Aerogel, hingga saat ini memegang posisi sebagai benda padat paling ringan di dunia. Komposisi utamanya adalah udara sebesar >99.8% dari total volumenya. Ada berbagai macam jenis aerogel, dan jenis aerogel teringan yang pernah diciptakan hingga saat ini adalah Aerographene atau dikenal juga sebagai graphene aerogel. Aerographene yang dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Zhejiang ini memiliki kepadatan hanya 0.16 miligram per sentimeter kubik, atau setara dengan 160 gram per 1 meter kubik. Jika dibandingkan dengan udara, maka kepadatan Aerographene sekitar 7.5 lebih kecil dari udara. Saking ringannya, Aerographene dapat ditopang oleh benih bulu bunga dandelion.
Aerogel kali pertama dikomersialkan pada awal tahun 1950-an, digunakan dalam industri coating, bidang flatting dan insulation, militer hingga sipil (pengental salep untuk domba, pengental jelly bom Napalm, pembuatan karet silikon dll).
Baca Juga : Dr. Dina Sulaeman: Konflik Timur Tengah Sengaja Dirawat Barat
Baca Juga : Pangkalan Militer Arab Saudi Baru di Pulau Socotra Yaman
Aerogel juga digunakan dalam bidang antariksa. NASA menggunakan aerogel untuk “menangkap” partikel debu dalam misi Stardust, perjalanan menuju komet Wild 2. Saat Stardust bertemu dengan komet, maka dipastikan akan bertemu dengan partikel debu yang bergerak dengan kecepatan seperti peluru senapan. Aerogel dapat “menangkap” dan menahan dan menghentikan partikel halus debu tersebut tanpa merusak atau mengubah bentuk partikel debu dan komposisi kimianya.
Aerogel dengan sifat hydrophobic dapat digunakan untuk membersihkan pantai yang tercemar tumpahan minyak. Hydrophobic aerogel bekerja seperti spons dapur yang dapat menyerap cairan, bedanya Hydrophobic aerogel khusus untuk menyerap minyak. Metode ini berpotensi di masa mendatang untuk mengatasi tumpahan minyak di laut dengan efektif.