Damaskus, Purna Warta – Mengacu pada dampak positif kesepakatan Tehran-Riyadh terhadap situasi di Timur Tengah, Ketua Dewan Syariah Hizbullah Libanon menegaskan bahwa kunjungan Presiden Republik Islam Iran, Ebrahim Raisi, ke Suriah menjadi peringatan akan jatuhnya hegemoni imperialisme di kawasan.
Mohammad Yazbek, kepala Dewan Syariah Hizbullah di Lebanon, menekankan bahwa kunjungan Ayatullah Sayyid Ibrahim Raisi, Presiden Republik Islam Iran, ke Suriah merupakan hal yang bersejarah.
Baca Juga : Delegasi OKI Datang ke Sudan Walaupun Konflik Berlanjut
Yazbek mengatakan dalam khotbah Jumat di kota Baalbek bahwa Perjalanan ini dan negosiasi yang dilakukan Iran dengan Arab Saudi dan sebagai hasilnya, kesepakatan yang dibuat, membuat musuh Israel ketakutan dan, di sisi lain, membuat poros perlawanan bernafas lega.
Iran dan Arab Saudi, setelah beberapa putaran negosiasi di Irak, akhirnya mencapai kesepakatan pada 10 Maret 2023 untuk melanjutkan hubungan diplomatik.
Kesepakatan ini dicapai di Cina dimana Ali Shamkhani, perwakilan dari Pemimpin Tertinggi Iran, Mosaed Bin Mohammad Al-Aiban, penasihat keamanan nasional Arab Saudi, dan Wang Yi, anggota Biro Politik Komite Pusat dari Partai Komunis Republik Rakyat Tiongkok, menandatangani kesepakatan tersebut.
Menurut ulama Hizbullah ini, perjalanan Ayatullah Sayyid Ibrahim Raisi merupakan peringatan akan jatuhnya hegemoni imperialisme di kawasan dan sejalan dengan dukungan terhadap poros perlawanan dari dalam Damaskus. Setelah perjanjian Teheran-Riyadh, beberapa Ulama Saudi menekankan bahwa perjanjian kompromi dengan Zionis Israel adalah bid’ah dan satu-satunya agama di hadapan Tuhan adalah Islam.
Dengan menekankan bahwa pernyataan tersebut adalah karena hasil kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi, Yazbek mencatat: [Setelah perjanjian ini], suasana kesepakatan dan penyelesaian masalah telah berlaku di kawasan, tetapi otoritas Lebanon tidak menggunakan suasana ini. Semua orang di Lebanon ingin terbentuknya pemerintahan yang kuat dan adil yang dapat menguasai seluruh tanah negara ini.
Baca Juga : Gembong Jaringan Harakat al-Nidhal Dieksekusi Mati Hari Ini di Iran
Dengan menyatakan bahwa para pejabat yang mengaku prihatin dengan Lebanon, mereka harus memilih seorang presiden agar negara ini dapat keluar dari kevakuman, dia membahas masalah Palestina dan mengatakan: Kebrutalan musuh Israel telah melanggar semua hukum dan kebiasaan. Barangsiapa tidak mengutuk eksekusi Khidr Adnan maka akan ada noda di dahinya.
Khidr Adnan adalah salah satu pemimpin dan pejuang Palestina yang melakukan mogok makan di penjara-penjara rezim Zionis Israel, namun baru-baru ini dia meninggal dunia akibat isu ini.
Kelompok perlawanan Palestina menekankan bahwa mereka akan membalas darahnya dari Zionis Israel.