Tehran, Purna Warta – Hukuman mati Habib Farajollah Chaab dijuluki Habib Asyud, pemimpin jaringan teroris yang disebut Harakat al-Nidhal, dieksekusi pada Sabtu pagi (6/5) di Iran.
Dilansir dari Kantor Berita Iran Press, pemimpin kelompok teroris ini divonis mati setelah terbukti melakukan beberapa operasi teroris di Iran, yang menelan korban jiwa warga sipil yang tidak bersalah, termasuk wanita Iran dan anak-anak.
Baca Juga : AS: Normalisasi Israel dan Saudi adalah Kepentingan Kami
Sejak 2005, Asyud menjadi pemimpin jaringan teroris yang disebut Harakat al-Nidhal di bawah dukungan beberapa dinas intelijen, termasuk Mossad dan (SAPO) Polisi Keamanan Swedia dan beberapa negara di kawasan; Akibat aksi teror dan berdarah kelompok pimpinan Habib Asyud ini, lebih dari 450 warga Iran gugur atau terluka.
Habib Farajullah Chaab ditangkap oleh pasukan keamanan Iran di Türkiye pada November 2020, dan setelah penangkapan terdakwa, penyelidikan selesai dan akhirnya penerbitan surat dakwaan, banyak sesi pengadilan diadakan dengan kehadiran terdakwa, pengacaranya dan penggugat dan keluarga para korban teror.
Akhirnya, menurut bukti dalam kasus tersebut dan pengakuan eksplisit dari terdakwa, pengadilan memutuskan bahwa kesalahannya pasti dan menghukum mati Farajullah Chaab.
Dalam semua tahapan pemeriksaan yuridis terhadap dakwaan Habib Farajullah Chaab yaitu sejak dikeluarkannya surat perintah penangkapan dan pemeriksaan terhadap terdakwa, sidang di pengadilan dan dikeluarkannya putusan, hak atas peradilan diamati dalam kerangka hukum dan peraturan domestik serta norma-norma internasional.
Setelah pengacara terdakwa mengajukan banding, kasus tersebut kembali menjalani penyelidikan hukum dan yudisial yang komprehensif dan terperinci di Mahkamah Agung Iran.
Akhirnya, hukuman mati Habib Farajullah Chaab dieksekusi pagi ini (Sabtu) atas kejahatan melakukan kerusakan di muka bumi melalui pembentukan, administrasi dan kepemimpinan kelompok pemberontak yang disebut Harakat al-Nidhal dan rancangan serta pelaksanaan berbagai operasi teroris di Khuzestan provinsi, Iran Barat Daya.
Baca Juga : Ribuan Warga Australia Protes Usulan Pangkalan Kapal Selam Nuklir AS di Australia
Orang-orang bersenjata menyerang parade militer di Ahvaz pada 22 September, menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai hingga enam puluh lainnya.
Serangan itu terjadi setelah kampanye yang didukung AS untuk membangkitkan kerusuhan di kota-kota Iran gagal. Upaya tersebut, yang dikenal sebagai Proyek Musim Panas, berupaya membangkitkan kemarahan publik atas kekurangan air dan listrik di tengah musim kemarau yang berkepanjangan.