Foreign Policy: Saudi Menjadi Ibukota Barang Terlarang Asia Barat

Saudi Menjadi Ibukota Barang Terlarang Asia Barat

Riyadh, Purna Warta – Satu media warta Amerika melaporkan bahwa seiring dengan visi Putra Mahkota Saudi untuk mereformasi budaya dan keyakinan beragama sosial Arab Riyadh, terjadi percepatan peningkatan pemakaian barang terlarang di Saudi, yang membuatnya menjadi ibukota barang terlarang di Asia Barat.

Foreign Policy, 20/12, dalam salah satu laporannya mengupas situasi sosial Arab Saudi dan peningkatan konsumsi barang terlarang di antara para generasi muda.

“Penyebaran barang terlarang, termasuk Captagon, sudah menjadi hal lumrah. Sampai bisa disebut bahwa Saudi telah menjadi ibukota barang terlarang Asia Barat. Pasar Saudi juga menjadi pasar paling menguntungkan dengan permintaan barang yang terus meningkat,” tulis Foreign Policy.

Baca Juga : 3 Skenario Gedung Putih Dibocorkan Penasihat Keamanan Nasional AS di Israel

Media warta Amerika tersebut menegaskan dalam laporannya bahwa masalah barang terlarang di Arab Saudi telah menjajaki tahap membahayakan. Bahkan pasukan militer Riyadh bulan lalu mengungkap 34 juta pil Captagon dan berhasil menggagalkan 3 operasi penyelundupan.

Selain Captagon, juga ada barang terlarang jenis ganja dan gat atau qat yang sudah biasa dijualbelikan. Ganja dari Afganistan dari berbagai arah menuju ke Saudi, sedangkan Qat dari Yaman.

Namun Captagon paling banyak ditemukan di pasaran karena bentuknya yang kecil dan mudah dibawa. Jenis ini banyak diproduksi di Suriah dan Lebanon berdasarkan permintaan Saudi sehingga masuk ke sana dengan lancar. Baru saja ditemukan dan dibongkar satu pabrik Captagon di bawah kepemilikan teroris Suriah di provinsi Aleppo, di mana para teroris tersebut menyelundupkannya ke pasar Saudi. Di tengah krisis Suriah, teroris yang mengatasnamakan Agama juga memakai barang haram tersebut di tengah operasi pembantaian agar terus kuat dalam mengangkat senjata.

Baca Juga : Pesta Natal Saudi, Konser Terbesar Kawasan dengan 13 Penyanyi

Foreign Policy menambahkan, “Kekhawatiran petinggi Saudi terkait dengan peningkatan pemakaian barang haram tersebut. UNODC  dalam laporannya menyatakan bahwa antara tahun 2015-2019, separuh jumlah keseluruhan Captagon yang ditemukan di Timteng berasal dari Arab Saudi.”

Peningkatan permintaan Captagon di Saudi menjulang tajam seiring dengan maraknya pesta dan konser hiburan yang diselenggarkan dalam upaya mereformasi budaya kuno sosial Arab Saudi. Demikian pula peningkatan konsumsi Qat dan ganja yang semakin bersaing.

Petinggi Saudi mengharapkan bahwa dengan tersingkirkan sosial kuno Arab dan peningkatan hiburan serta intertainmen, mereka bisa menekan pemakaian barang haram tersebut. Akan tetapi hasilnya di luar harapan, bahkan terjadi peningkatan.

Selain hal ini, petinggi Saudi juga mengkhawatirkan sumber cuan para teroris yang akan semakin aman karena produksi barang terlarang ini. Rata-rata umur pemakai barang terlarang ini adalah 12 hingga 22 tahun dan 40% pecandu Saudi adalah pecandu Captagon.

Baca Juga : Israel Akui Perannya dalam Teror Qasem Soleimani, Lalu Apa Dampaknya?

Foreign Policy melaporkan rendahnya pengaruh media dalam hal ini. Sedangkan kerja paling kompleksnya adalah perang melawan para Kabilah yang memiliki hubungan baik dengan para pemasok barang haram. Karena itu adalah sumber cuan paling hangat, bahkan mereka berani menciptakan pasar jual-beli.

Larangan pemasokan hasil pertanian dari Lebanon tidak berpengaruh besar dalam hal ini. Para penyelundup terus berinovasi membuka jalan tikus baru untuk memasukkan barang ini ke tengah sosial masyarakat Saudi.

Oposisi Riyadh meyakini bahwa pesta atas nama reformasi inisiatif Mohammed bin Salman semakin marak. Dan hal tersebut tidak lepas dari minuman alkohol serta musisi asing, ini merupakan saham terbesar dalam penyebaran kejahatan di tengah generasi muda Arab Saudi.

Baca Juga : Serangan Udara AS adalah Senjata Pembunuh Massal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *