Tehran, Purna Warta – Sebuah lembaga tim analisis militer Amerika menulis dalam laporan terbarunya tentang pembukaan pangkalan drone rahasia Iran, bahwa drone Iran adalah ancaman berat bagi AS dan sebuah mesin canggih yang sulit untuk diidentifikasi dan disabotase.
Iran, yang mengklaim memiliki armada drone paling kuat dan beragam di Timur Tengah, telah membuat kemajuan signifikan dalam beberapa dekade terakhir, tulis tim analisis militer Washington dalam laporan tersebut. Drone Iran telah banyak digunakan oleh pasukan proksi di wilayah tersebut setidaknya sejak tahun 2004 dan menimbulkan ancaman bagi AS dan sekutunya dan juga sebuah mesin yang sulit dideteksi dan dilawan.
Baca Juga : Iran Tunjukkan Kekuatannya Dengan Pengiriman Kapal Tanker Raksasa ke Venezuela
Jenderal Kenneth Mackenzie, mantan komandan Centcom (Komando Pusat Amerika Serikat), secara eksplisit mengakui pada sidang di dewan perwakilan rakyat Komite Angkatan Bersenjata AS pada April 2021, dengan mengacu pada pengakuan AS terhadap hilangnya superioritas udara sepenuhnya di Kawasan.
Menurut tim analisa militer tersebut, Tehran dengan cepat menunjukkan kemampuan ofensif dan defensif armada drone-nya, termasuk langkah-langkah yang tepat untuk memperkuat pertahanan dan pengintaian. Pada tanggal 29 Mei (Minggu, 28 Juni), televisi pemerintah Iran menyiarkan laporan tentang “pangkalan super-drone bawah tanah terbaru” yang dioperasikan oleh militer di Iran barat.
Dalam film terebut, pangkalan bawah tanah mirip dengan pangkalan rudal Korps Pengawal Revolusi Islam dengan deretan drone ditampilkan, termasuk hampir semua model terpenting peralatan dan pelayanan militer. Dalam laporan ini, Iran meluncurkan dua rudal jelajah kecil dengan panduan elektro-optik yang disebut “Haidar” dan “Haidar-2”, yang dirancang untuk digunakan di berbagai platform ringan, termasuk UAV “Fatras” dan “Kaman-22” bersenjata. Drone Kaman-22 ditampilkan dalam video ini dengan dua rudal Haidar di bawah sayapnya.
Baca Juga : IRGC Peringatkan Negara Tetangga Posisi Israel di Teluk Persia
Haidar-2 yang sedikit lebih besar, dengan jangkauan luncur yang dilaporkan lebih dari 200 km, sangat mirip dengan rudal jelajah Quds-2. Haidar-2, yang disebut “UAV Pelayaran Strategis” memiliki mesin turbojet kecil.
Video tersebut juga menunjukkan beberapa drone bunuh diri Kian-2, yang diluncurkan pertama kali pada tahun 2019 dengan jangkauan sekitar 1.000 km, dan drone Karar multi-peran yang diluncurkan pada 2010 dengan jangkauan sekitar 700 km. Karar adalah pesawat tak berawak pertama yang berfungsi terutama sebagai target udara dan pengebom, dan drone ini membawa bom seberat 250 kilogram. Drone lain yang ditampilkan dalam laporan tersebut termasuk drone pengintai dan penyerang Mohajer-6 dan Ababil-5 serta sebuah drone bunuh diri kecil.
Tim analisis militer AS menuliskan “Bahkan jika upaya Iran yang menunjukkan kemampuan drone-nya itu adalah untuk memberikan tekanan lebih berupa kekhawatiran AS, kemampuan drone ini, terutama drone bunuh diri, harus bisa ditanggapi dengan serius. Iran telah menginvestasikan sejumlah besar uang mereka dalam infrastruktur pesawat tak berawak, dan musuh-musuh Iran pasti akan melihat kekuatan lebih besar lagi dalam waktu dekat, mungkin juga akan terjadi dalam bentuk serangan pesawat tak berawak.”
Baca Juga : Presiden Iran dan Venezuela Kunjungi Pameran Teknologi Berbasis Pengetahuan
Baru-baru ini, tim Analisa militer Amerika Serikat menulis tentang perkembangan hubungan militer Iran-China dan kunjungan pejabat militer China ke Tehran.
“Iran mampu memproduksi drone sendiri di dalam negeri, dan drone China pun saat ini digunakan secara eksklusif oleh musuh-musuh Tehran,” tulis tim analisis militer AS untuk Timur Tengah tersebut. Laporan menunjukkan bahwa China mendukung produksi domestik drone di negara-negara Teluk Persia, termasuk usaha patungan baru-baru ini antara China dan Arab Saudi untuk memproduksi drone militer. Di sisi lain, karena UAV China yang murah dan berkualitas tinggi serta berpotensi dalam transfer dan pengetahuan, ada kemungkinan kerja sama bilateral di bidang ini diperluas antara Iran dan China.