Tehran, Purna Warta – Imam Jum’at Qom mengatakan bahwa salah satu alasan hubungan kerja sama dengan Rusia adalah netralisasi sanksi AS yang menindas dan mengatakan bahwa Rusia adalah negara tetangga yang bersekutu dengan Republik Islam Iran di banyak posisi politik dan juga memiliki kapasitas yang baik untuk memperluas hubungan dengan 25 juta Muslim.
Ayatullah Sayyid Mohammad Saidi dalam khotbah Jumat di Qom (21/1) yang diadakan di aula Quds, menyatakan bahwa Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran memberikan prioritas kepada negara tetangga, muslim dan sekutu dalam mengembangkan hubungan kerja sama, lalu menambahkan: Rusia adalah negara yang memiliki ketiga prioritas tersebut, karena selain menjadi negara tetangga, Rusia juga memiliki kapasitas yang baik untuk memperluas hubungan kerja sama dengan 25 juta umat muslim, serta dalam banyak posisi politik memiliki keselarasan dengan Republik Islam Iran.
Baca Juga : Washington Times: Latihan Militer Iran-Rusia-China, Sinyal Kuat ke AS
Dia menganggap alasan kedua untuk pengembangan hubungan antara Tehran dan Moskow sebagai usaha untuk netralisasi sanksi AS yang menindas terhadap Iran dan mengatakan: “Netralisasi sanksi memiliki dua sayap, yang pertama adalah menggunakan kapasitas domestik dengan pandangan kekuatan dalam negeri dan yang kedua adalah untuk menggunakan kapasitas negara yang berbeda dengan pandangan keluar. Dan inilah yang ditekankan oleh Pemimpin Tertinggi kepada pihak pemerintahan, dan hubungan dengan Rusia sebagian besar dapat menetralisir sanksi ini.”
Saidi menekankan bahwa kami memiliki kepentingan dan ancaman yang sama dengan Rusia, dengan mengatakan: “Rusia membutuhkan Iran untuk kepentingannya di Teluk Persia, dan Iran di Dewan Keamanan PBB, dalam kegiatan industri dan ekonomi Rusia dan pasokan gandum, input ternak dan daging membutuhkan dukungan dan bantuan Rusia, begitu juga kedua negara memiliki kepentingan bersama di bidang militer.
Baca Juga : Injeksi 4 Juta Barel Minyak Mentah Iran ke China Hancurkan Sanksi
Interupsi negosiasi karena salat adalah salah satu keutamaan dari kunjungan presiden ke Rusia
Dia menganggap salah satu yang menarik dari kunjungan presiden Iran ke Rusia adalah salat pertama di Kremlin dengan menyela pembicaraan dengan presiden Rusia dan berkata: “Sekarang ini menunjukkan bahwa pembicaraan dengan Tuhan sudah pada waktunya sebelum negosiasi” dan pemimpin Ayatullah Raisi untuk menunjukkan kepada pejabat tertinggi Rusia bahwa ia memiliki komitmen praktis terhadap Islam dan menganggap salat sebagai pilar agama.
Wakil Pemimpin Tertinggi di provinsi Qom, yang menyatakan bahwa Imam Baqir as mengatakan hal pertama yang diminta kepada seorang mukmin adalah salat, dan jika salatnya diterima, sisa amalannya akan ditimbang. Saidi pun menambahkan: Presiden kami mengikuti ucapan dari Imam Ridha as, Ketika tiba waktunya untuk salat di salah satu debat ilmiah, mereka dengan tegas mengatakan bahwa kami akan salat dan kembali.
Baca Juga : Mengapa Pihak Barat Tiba-Tiba Khawatir Terhadap Lambatnya Pembicaraan Wina?
Ketaatan pada perjanjian dengan Tuhan adalah tanda ketaatan pada komitmen dalam negosiasi
Dia melanjutkan: Salat Ayatullah Raisi menunjukkan bahwa seseorang yang menepati perjanjiannya dengan Tuhan akan menepatinya ketika dia menerima kewajiban dalam negosiasi.
Saidi menyatakan: Berhentinya negosiasi karena salat di awal waktu menunjukkan bahwa kita tidak bergantung pada Timur dan tidak terikat pada Barat, tetapi bergantung dan terikat pada Tuhan dan hukum ilahi, oleh sebab itu jika kita berkomunikasi dengan suatu negara dalam kerangka Syariah , prinsip dan slogan revolusi, maka kami akan selalu berkomitmen.
Menyatakan bahwa jika seseorang percaya pada kebangkitan, dia akan menyesuaikan gaya hidupnya dengan itu, kemudian mengatakan: “Kita tidak boleh mengacaukan kepercayaan dengan fantasi dan ilusi, karena orang yang percaya pada kebangkitan tidak melakukan apa pun untuk mencapai dunia, yang efeknya adalah tidak akan melanggar hak Allah dan manusia.”
Baca Juga : Dialog Kerja Sama Militer Putra Mahkota Saudi dengan Presiden Korsel di Riyadh