Washington, Purna Warta – Sebuah laporan dari The Times of Israel mengungkapkan adanya pertemuan rahasia antara sejumlah pejabat Amerika Serikat dan Israel pada pekan lalu. Pertemuan tersebut membahas ‘rencana B’ apabila perundingan nuklir Iran tidak dapat diselamatkan via KTT Wina.
Pertemuan rahasia ini ditengarai melibatkan nama-nama besar seperti Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, Penasehat Keamanan Nasional AS dan Israel, Jake Sullivan dan Eyal Hulata serta beberapa diplomat lainnya.
Baca Juga : Jet-Jet Tempur Koalisi Saudi Bombardir Beberapa Daerah di Yaman
Konferensi yang dimediatori oleh Uni Eropa tersebut secara khusus memang didesain untuk menghidupkan kembali perundingan nuklir Iran pasca keluarnya Donald Trump mewakili AS secara sepihak pada tahun 2018. Keluarnya Trump secara praktis mengaktifkan kembali seluruh sanksi yang dijatuhkan AS atas Iran di masa pra-perundingan nuklir.
Di sisi lain, Iran juga mengurangi komitmennya terhadap poin-poin perundingan nuklir setelah sebelumnya sempat bersabar dan tetap berkomitmen hingga beberapa hari pasca keluarnya Trump.
Iran melalui lisan Pemimpin Tertingginya menegaskan takkan kembali pada komitmen perundingan nuklir sampai AS mencabut seluruh sanksinya secara mutlak tanpa syarat. Sementara itu, suksesor Trump, Joe Biden enggan mencabut sanksi AS atas Iran selama Iran belum kembali berkomitmen terhadap poin-poin perundingan nuklir.
Baca Juga : Pasukan Koalisi Saudi Menyerah di Kota Al-Abdiyah
Sembari kemelut politik ini berlangsung, Israel menjadi pihak yang paling gelisah. Mulai dari PM Naftali Bennet, Menlu Yair Lapid dan Menhan Benny Gantz silih berganti mengutarakan kekhawatirannya terkait situasi terkini nuklir Iran. Israel bahkan sempat mengancam akan bertindak sendiri apabila komunitas internasional tetap tak bergeming. Namun ancaman tersebut mendapat respon keras berupa ancaman yang lebih keras dari pihak Iran.