Tel Aviv, Purna Warta – Para wakil Arab di Kabinet rezim Zionis Knesset mengeluarkan aksi responsif karena serangan yang terus dilakukan di Masjid al-Aqsa. Mereka menangguhkan dukungannya ke Kabinet koalisi Naftali Bennett, bahkan mengancam mundur.
Melihat arogansi penduduk ekstrim Yahudi bersama militer Zionis di Masjid al-Aqsa dan bentrok mereka dengan warga Palestina yang dilakukan tanpa henti, tertanggal 18 April partai Arab The Joint List menangguhkan partisipasinya dalam Kabinet Neftali Bennett.
Baca Juga : Sekjen Jihad Islam: Segala Ancaman Israel Tak Mampu Membuat Kami Diam
Al-Mayadeen dalam laporannya menuliskan bahwa kontinuitas kekerasan Zionis di Masjid al-Aqsa dan sekitarnya di al-Quds Pendudukan, mendesak partai Arab The List Joint pimpinan Mansour Abbas, yang memiliki 4 kursi di Knesset, mengeluarkan pernyataan dan menegaskan bahwa mereka menangguhkan partisipasinya di Kabinet. Dan jika aksi dingin Kabinet diteruskan di Bet al-Muqaddas, mereka akan mengundurkan diri secara serentak.
19 April, media-media Palestina melaporkan aksi arogan ekstrimis warga Yahudi Zionis di bawah manajemen keamanan militer Israel di Masjid al-Aqsa.
Sementara tertanggal 6 April lalu, Idit Silman, anggota sayap kanan Parlemen Knesset dari Kabinet koalisi rezim Zionis, telah menanggalkan kursinya di Parlemen hingga menjerumuskan Kabinet ke jurang keruntuhan dan koalisi kehilangan suara mayoritas di Knesset.
Baca Juga : Ismail Haniyeh dan Sheikh Al-Azhar Lakukan Percakapan Telepon Soal Perkembangan Al-Quds
Kabinet koalisi terdiri dari partai-partai sayap kanan, kiri dan moderat. Bahkan sebelum pengunduran diri Silman, Kabinet hanya meraih suara yang memang berisiko tinggi, karena mereka hanya memiliki 1 keunggulan suara mayoritas, dari 120 suara di Knesset mereka hanya meraih 61 suara. Di mana hal tersebut, dengan pengunduran diri Idit Silman, Kabinet telah kehilangan suara mayoritas, hampir sama dengan oposisi pimpinan Benjamin Netanyahu. Konsekuensinya adalah mereka tidak dapat mengajukan aturan di Parlemen rezim Zionis, Knesset, meskipun mereka masih bisa bertahan di sana dengan syarat tidak ada lagi yang mengundurkan diri.
Namun sekarang dengan ancaman partai Arab ini, The Joint List, yang mengancam undur diri dari Kabinet dengan menangguhkan dukungannya, maka suara Kabinet Naftali Bennet hanya akan berjumlah 56 dari 120 suara di Knesset. Mereka akan menghadapi kesulitan dan secara resmi tidak akan mampu meresmikan satu aturan atau hukum baru.
Keluarnya The Joint List dari Kabinet koalisi Naftali Bennett akan menyebabkan mereka kehilangan suara mayoritas, dalam artian bahwa Kabinet setiap berencana menyerahkan draf ke Parlemen, mereka harus bekerjasama dengan partai-partai oposisi. Dan untuk meruntuhkan Kabinet, oposisi pimpinan eks PM Benjamin Netanyahu hanya perlu merangkul beberapa dukungan karena mereka telah memiliki 53 suara di Knesset. Berdasarkan aturan tahun 2014 Israel, oposisi bisa mengajukan Perdana Menteri pengganti dan menjatuhkan Kabinet sekarang jika bisa meraih suara mayoritas, yaitu 61 kursi Parlemen.
Baca Juga : Mahmoud Abbas dan Putin Lakukan Perbincangan Soal Ketegangan di Tepi Barat