Sejarah dan Kesombongan Penyelenggara Olimpiade

Purna Warta – Sikap sombong dan standar ganda para penyelenggara olimpiade bukanlah hal baru dan sudah ada sejak lama. Sejak dulu pula, para penyelenggara olimpiade selalu menyuarakan olahraga yang bebas unsur eksternal yang termasuk politik meskipun dalam praktik tidak demikian.

Baca juga: Ratusan Demonstran di Swiss Menuntut Supaya Israel Dilarang Ikut Serta Dalam Olimpiade Paris

Komite Olimpiade Internasional ditemukan pada tahun 1894 oleh seorang Baron dari Prancis bernama Pierre de Coubertin dan mengisinya dengan sejumlah aristokrat. Organisasi tersebut hingga kini masih sedikit banyak berbau aristokrat.

Tak sedikit dari para anggota Komite tersebut merupakan para pangeran, raja, penguasa, baron dan sheikh. Sejak awal adanya organisasi tersebut, para anggota terus menerus mengklaim bahwa mereka jauh dari politik sembari bersikeras bahwa olimpiade ada bukan untuk hal-hal biasa semacam itu. Thomas Bach Presiden Komite yang sekarang masih mengikuti jejak para pendahulunya dalam hal ini.

Pada perayaan tahun baru 2020. Thomas Bach mengeluarkan pernyataan bahwa kami (komite) secara tegas menolak pertumbuhan unsur politik dalam olahraga. Ia menambahkan “sejarah menunjukkan bahwa politisasi olahraga tidak membuahkan hasil apapun dan pada akhirnya akan memperdalam perselisihan yang sudah ada.

Kenyataannya adalah olimpiade sejak dahulu menyaksikan campur tangan politik didalamnya. Usai perang dunia 1, Belgia yang merupakan tuan rumah olimpiade 1920 tidak mengundang Jerman, Austria, Bulgaria, Hungaria dan Turki yang merupakan lawan politiknya. Presiden Komite kala itu keberatan atas keputusan ini, namun akhirnya menyerah kepada keputusan dan kebijakan lokal tuan rumah.

Setelah perang dunia 2 hal serupa kembali terjadi dimana Jerman dan Jepang tidak diundang oleh Inggris yang merupakan tuan rumah olimpiade masa itu. Presiden Komite kembali melayangkan ketidaksetujuannya, namun itu semua sia-sia.

Baca juga: Standar Ganda Penyelenggara Olimpiade Paris

Dalam olimpiade Tokyo tahun 1964 Komite Olimpiade Internasional (IOC) melarang Afrika Selatan ikut serta dalam olimpiade akibat kasus Apartheid serta tekanan global. Hal tersebut terulang pada olimpiade berikutnya pada 1968 di Mexico City.

Sebelum Rusia, pada olimpiade Sydney tahun 2000, Komite melarang Afghanistan ikut serta akibat isu Taliban. Kini Rusia dan Belarusia menjadi korban tidak konsistennya Komite terhadap kebijakan dan klaim mereka sendiri mengenai terpisahnya olahraga dari politik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *