Purna Warta – IMPACT-SE adalah institut non-profit yang bertugas menganalisa teks pelajaran dunia. Dalam laporannya menulis, Arab Saudi telah menghapus pelajaran yang memuat kebencian terhadap pihak lain, termasuk Kristen, Yahudi dan LGBT.
Saudi juga menyebut pelajaran Wahabi sebagai pelajaran Islam dan menghapus teks pelajaran membela agama Islam dari aksi ekstrim.
Majalah Time mengutip laporan IMPACT-SE dan menulis, “Untuk pertama kalinya, Arab Saudi menghapus bagian-bagian pelajaran yang mengajak umat muslim untuk mengeluarkan hukum eksekusi terhadap orang-orang non-muslim dan beberapa bagian pelajaran yang memprediksi perang akhir zaman, di mana muslim akan membunuh seluruh Yahudi.”
IMPACT-SE menambahkan, tidak akan ada pelajaran anti-Yahudi semisal superioritas militer Zionis dan luas kekuasaan Israel dari sungai Nil hingga Furat.
Perubahan juga terjadi dalam pelajaran Jihad dan perang. Banyak yang dihapus tentang pelajaran Jihad, yang disebut Time dengan perang melawan musuh Islam dan menulis, Jihad memiliki makna lain dalam ajaran Islam.
Marcus Sheff, Direktur Eksekutif IMPACT-SE, menyebut perubahan ini sebagai tren modern dan menyatakan, “Kami melihat satu perubahan besar, satu langkah nyata dan mendasar di tingkat paling tinggi, yang diambil dalam rancangan modernisasi program mata pelajaran dan menghapus kebencian.”
Sheff juga mengklaim bahwa dalam 10 tahun lalu, teks pelajaran Arab Saudi fokus pada pendidikan perang dan perjuangan.
Dalam teks pelajaran Arab Saudi disebutkan umat Kristen dan Yahudi sebagai musuh umat Islam dan mengatakan bahwa orang-orang Kafir tidak memiliki amal baik dan untuk selamanya ada di neraka.
Sementara pemerintahan Donald Trump merespon laporan ini dan mengatakan bahwa berkat Visi-2030 modernisasi sistem kerajaan telah menegaskan bahwa Saudi sedang mengambil jarak dari ekstrimisme.
Salah satu mantan pejabat di Kemenlu AS, yang tidak disebutkan namanya, mengklaim, “Donald Trump telah menyerahkan reformasi Saudi ke tangan Mohammed bin Salman karena gelagat Tehran di Kawasan.”
“Berdasarkan kepentingan versus Iran dan kerjasama khusus mereka dalam HAM, kami telah memberikan ruang lebih luas kepada Mohammed bin Salman untuk modernisasi Riyadh dan reformasi yang diinginkannya,” tambahnya.
Salah satu pejabat Kemenlu AS juga kepada Time menjelaskan bahwa pemerintah Donald Trump sangat menyambut hangat reformasi positif dalam teks pelajaran yang berpengaruh di penjuru Arab Saudi tersebut.
Salah satu pejabat Saudi juga merespon laporan IMPACT-SE ini dan mengatakan, “Reformasi teks pelajaran akan terus bersambung hingga ke masa depan.”
Pada tahun 2016, Arab Saudi memaparkan Visi-2030 dengan tujuan pengembangan di bidang kesehatan, pendidikan, struktur dan parawisata. Tujuan lainnya dari strategi Visi-2030 adalah upaya meninggalkan ketergantungan pendapatan ke minyak.
Baca juga: Ikhwan al-Muslimin Taiz Deklarasi Perang Versus Koalisi Saudi