Yerusalem, Purna Warta – Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Jumat (30/4) menunda pemungutan suara yang direncanakan. Ini adalah Pemilu Palestina pertama dalam 15 tahun terakhir di tengah perselisihan pemungutan suara di al-Quds Yerusalem Timur dan perpecahan di partai Fatah.
Penundaan tersebut menuai kritik langsung dari banyak warga Palestina dan dari calon pemilih. Warga Palestina di bawah 34 tahun tidak diperkenankan ikut serta dalam pemilihan nasional.
Keputusan itu juga dikritik oleh gerakan perlawanan Hamas Palestina yang berbasis di Gaza. Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh bersikeras bahwa langkah tersebut tidak memiliki pembenaran yang dapat dipercaya.
Haniyeh juga mengatakan bahwa pemilu adalah kebutuhan dalam mengatasi ancaman terhadap perjuangan Palestina seperti “kesepakatan abad ini” dan rencana aneksasi Israel.
Kantor berita resmi Palestina Wafa pada hari Minggu (2/5) melaporkan bahwa Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh menekankan bahwa pemilihan legislatif hanya ditunda dan tidak dibatalkan. Dia juga meminta Uni Eropa untuk menekan Israel agar mengizinkan pemungutan suara Palestina diadakan di al-Quds Yerusalem.
Dia juga meminta Uni Eropa untuk menekan rezim agar mengizinkan warga Palestina di sana untuk memberikan suara mereka dan mencalonkan diri sebagai kandidat dalam pemilihan.
Pernyataan Shtayyeh dibuat selama pertemuan dengan perwakilan Uni Eropa untuk Palestina, Sven Kühn von Burgsdorff di kantor perdana menteri di Ramallah.
Komentar itu muncul ketika otoritas Israel telah melakukan banyak upaya untuk membatalkan atau menunda pemilihan umum Palestina.
Partai Mahmoud Abbas, Fatah terpecah menjadi tiga faksi menjelang pemilihan; daftar resmi kandidat yang didukung oleh Abbas, faksi yang dipimpin oleh tokoh politik Palestina Marwan Barghouti, dan faksi lainnya disponsori oleh mantan pejabat keamanan Fatah, Mohammad Dahlan yang saat ini tinggal di Abu Dhabi.
Ratusan warga Palestina menggelar aksi unjuk rasa di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza untuk memprotes keputusan Abbas menunda pemilihan umum parlemen.
Para peserta meneriakkan slogan-slogan yang mengutuk penundaan tersebut dan menegaskan kembali hak mereka untuk mengadakan pemilihan yang demokratis.
Pasukan Israel telah meningkatkan kampanye penangkapan yang menargetkan tokoh-tokoh penting Hamas di Tepi Barat. Dalam beberapa bulan terakhir mereka menahan Mustafa al-Shanar, Adnan Asfour, Khalid al-Hajj, Omar al-Hanbali, Jamal al-Tawil, dan Khatam al-Qafisheh yang merupakan tokoh-tokoh penting Hamas.