Beirut, Purna Warta – Perdana Menteri Lebanon Najib Mikata mengatakan bahwa negaranya sedang dalam peperangan setelah peristiwa ledakan perangkat komunikasi di seluruh negeri selama dua hari berturut-turut yang membunuh puluhan dan melukai ribuan.
Baca juga: Apakah Ledakan Pager di Lebanon Akan Memicu Perang Besar
Pada hari Selasa lalu, pager atau perangkat komunikasi yang digunakan oleh anggota Hzibullah meledak secara serentak yang menewaskan 12 orang dan melukai hampir 3.000 orang, menurut otoritas kesehatan.
Di hari berikutnya pada hari Rabu, 20 orang lainnya tewas dan 450 lainnya luka-luka dalam ledakan alat-alat elektronik berikutnya yang meliputi walkie-talkie, laptop dan radio, bukan hanya pager.
Hizbullah dan pemerintahan Lebanon di Beirut menyalahkan Israel atas peristiwa ini. Rezim Zionis itu sendiri tidak memberikan komentar ataupun membantah pernyataan tersebut. Sejumlah media melaporkan bahwa Mossad, dinas mata-mata Israel memasangi alat-alat elektronik tersebut dengan peledak kecil yang bisa diledakkan dari jarak jauh.
Najib Mikati sedang mengunjungi rumah sakit para korban ledakan ketika kabar ledakan kedua mulai bermunculan, menurut kantor resmi Perdana Menteri.
“Kejahatan massal terhadap warga tak bersalah di tanah air mereka dengan cara semacam ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata” ujar Najib Mikati pada jurnalis.
Perdana Menteri Lebanon itu menekankan bahwa negaranya sudah dalam status perang dengan Israel “perang ini sudah dimulai sekitar 11 bulan yang lalu dan mempengaruhi warga kita di selatan yang rumahnya dihancurkan” ujarnya.
Mikati menyalahkan Israel atas peristiwa ledakan itu dan menyatakan bahwa”seluruh sejarah 75 sejak 75 tahun yang lalu adalah kejahatan” merujuk pada pendudukan Palestina.
Baca juga: Perselisihan Terkait Darimana Pager Yang Meledak di Lebanon Berasal
“ita menghadapi musuh yang mengabaikan seluruh hukum internasional dan kemanusiaan. Pertanyaannya adalah, bisakah ini terus berlanjut? Dimana PBB yang misi utamanya adalah menyebar perdamaian?” tanya Mikati.