Purna Warta – Pada hari Selasa (04/02) terjadi penembakan massal di Pusat Pendidikan Risbergska yang terletak di kota Orebro, 200 km dari Stockholm, ibukota Swedia. Peristiwa ini disebut-sebut sebagai kasus penembakan massal terparah yang pernah terjadi di Swedia.
Baca juga: Gaya Pemerintahan Trump Meruntuhkan Soft Power Amerika – Axios
Sebuah siaran publik Swedia mengumumkan bahwa pelaku merupakan seorang pria berusia 35 tahun bernama Rickard Andersson. Kendati demikian, polisi masih belum mengumumkan secara resmi identitas pelaku.
Polisi meyakini bahwa ia beraksi sendirian tanpa motivasi ideologis dan tidak terafiliasi dengan geng-geng tertentu. Mereka juga meyakini bahwa aksi pelaku tidak dimotifkan terorisme.
“Ini adalah situasi yang bisa berubah-ubah. Informasi yang sudah kami berikan itu valid, tapi nanti bisa berubah” ujar Roberto Eid Forest, seorang polisi lokal.
Ketika polisi tiba di lokasi kejadian, pelaku menembaki mereka, tapi tidak ada yang terluka, ujar Roberto. Polisi kemudian menjumpai peluka tewas dan Roberto mengatakan, tampaknya pelaku melakukan bunuh diri.
Jumlah korban mencapai 10 orang dengan pelaku melakukan bunuh diri menjadikan total korban tewas menjadi 11 orang.
Pada malam harinya (04/02) Menteri Kehakiman bersama Perdana Menteri menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban tragedi tersbut dan memastikan bahwa sekolah-sekolah di Swedia akan aman dan bisa untuk beraktivitas mulai Rabu (05/02).
Peristiwa penembakan ini memberikan luka mendalam bagi keluarga para korban serta menimbulkan teror dalam hati masyarakat khususnya para imigran.
Jacob Kasselia, seorang pendeta ortodoks mengatakan bahwa kendati polisi menjelaskan bahwa pelaku melancarkan aksi sendirian tanpa motivasi ideologis, namun kebencian tersebut pasti memiliki sumber.
Salah satu dari jemaat Kasselia menjadi korban tewas dalam peristiwa penembakan massal terparah di Swedia tersebut. Ada sejumlah warga Syria dan Bosnia yang ikut menjadi korban tewas dalam peristiwa mengerikan tersebut.
Swedia dalam mengungkap nama pelaku kejahatan semacam ini sangat berhati-hati. Namun, karena tak kunjung mendapatkan jawaban resmi, masyarakat menjadi resah dan takut khususnya anggota komunitas imigran.
Tomas Poletti Lundstrom, seorang peneliti terkait rasisme di Universitas Uppsala yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian menyebut peristiwa tersebut sebagai “momen yang mengerikan”.
Baca juga: UNICEF: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak-Anak Di Haiti Melonjak 1.000 Persen
“Kalian bisa rasakan dari segala penjuru di sini, peristiwa ini mempengaruhi semua orang” ujar Lundstrom. “Kita tidak tahu apa motif dari pelaku penembakan, tapi kini kita hidup di masa yang sangat rasis dan sekolah ini menampung banyak sekali imigran”.
“Pemerintahan dan juga kubu oposisi kini mendukung kebijakan anti-imigran dan menggunakan retorika anti-imigran” terangnya. “Inilah yang terjadi jika para politikus berbicara dengan cara itu”