Gaza, Purna Warta – Yayasan Hind Rajab (Hind Rajab Foundation/HRF) telah mengajukan pengaduan pidana ke Kantor Kejaksaan Agung Republik Ceko terkait keterlibatan seorang prajurit Israel dalam genosida di Gaza.
Dalam pernyataan yang dirilis pada Sabtu, HRF menyampaikan bahwa pengaduan yang diajukan di Praha oleh pengacara Jan Taubl tersebut didasarkan pada laporan komprehensif yang merinci keterlibatan Noam Tsuriely dalam kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, tindakan genosida, serta perayaan publik atas perang mematikan Israel terhadap rakyat Palestina dalam penampilannya sebagai musisi.
Tsuriely saat ini berada di Republik Ceko setelah tampil di Praha pada 13 November.
Yayasan tersebut mendesak pejabat Ceko untuk melakukan penyelidikan penuh, menyita peralatannya, membatasi perjalanan, atau menahannya.
Menurut temuan HRF, Tsuriely dikerahkan bersama Batalyon Lintas Udara 699 dari Brigade “Fire Arrows” 551 pada 27–28 Oktober 2023, memasuki Jalur Gaza selama operasi darat.
Rekaman di media sosialnya sendiri menunjukkan ia berulang kali memasuki Gaza, ikut dalam beberapa siklus penempatan, dan terlibat langsung dalam misi penghancuran.
Salah satu insiden utama terjadi pada 8 November 2023 ketika Brigade 551 melakukan penghancuran terkendali di Beit Hanoun, yang menghancurkan sebuah bangunan sipil yang terletak di dekat sekolah Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Peninjauan geolokasi HRF dan konfirmasi dari sumber militer menempatkan Tsuriely di lokasi saat penghancuran tersebut terjadi.
Penghancuran terkendali memerlukan penguasaan penuh atas area, masuk ke dalam bangunan, penempatan bahan peledak, dan penarikan pasukan—yang semuanya bertentangan dengan klaim rezim Israel mengenai adanya pertempuran aktif atau kebutuhan militer.
Karena itu, bangunan tersebut tetap berstatus sebagai situs sipil yang dilindungi, dan penghancurannya merupakan kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma dan hukum Republik Ceko.
“Dengan 70% struktur Gaza, 92% rumah, dan 80% fasilitas komersial telah hancur pada Januari 2025, tindakan Tsuriely berkontribusi langsung pada kehancuran genosidal kehidupan rakyat Palestina. Hal ini sejalan dengan temuan Komisi Penyelidikan PBB pada September 2025 bahwa Israel telah melakukan genosida, termasuk penciptaan kondisi kehidupan yang disengaja untuk menghancurkan populasi,” ujar HRF.
Setelah keluar dari Gaza, Tsuriely merilis lagu “Another Day in Gaza”, menggambarkan tentara Israel sebagai “cahaya”, padahal PBB dan organisasi HAM terkemuka telah menyatakan bahwa tindakan Israel merupakan genosida.
Dalam konsernya pada Desember 2024, ia menayangkan cuplikan nyata pasukan Israel yang menggerebek rumah-rumah warga Palestina dan menghancurkan bangunan. Dalam wawancara televisi, ia menyanyikan lirik seperti “Menghancurkan Gaza Menjadi Puing”.
“Kerusakan masif terhadap infrastruktur sipil Gaza adalah unsur yang paling jelas dalam tindakan genosida,” kata Natacha Bracq, Kepala Litigasi HRF.
“Noam Tsuriely mengambil bagian dalam penghancuran itu. Ia membantu melenyapkan seluruh lingkungan, lalu mengubah kehancuran tersebut menjadi hiburan,” tambahnya.
HRF menyatakan bahwa peran ganda Tsuriely sebagai prajurit dan artis memperbesar dampak berbahaya dari tindakannya, seraya menegaskan bahwa Eropa tidak boleh menjadi tempat perlindungan bagi pelaku kekejaman.
Pengaduan ini merupakan bagian dari upaya hukum lebih luas yang dilakukan HRF untuk mengungkap dan menuntut pertanggungjawaban atas kejahatan perang yang dilakukan selama genosida Israel di Gaza.
Yayasan ini dinamai berdasarkan nama Hind Rajab, seorang anak perempuan berusia lima tahun yang tewas bersama enam kerabatnya ketika pasukan pendudukan Israel menembaki mobil tempat mereka berlindung di barat daya Kota Gaza pada 29 Januari 2024.
Sejak rezim Israel melancarkan serangan genosidal terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023, sedikitnya 69.000 warga Palestina telah terbunuh, termasuk 21.000 anak-anak, dan 171.000 lainnya terluka.


