Gaza, Purna Warta – Tidak ada kemungkinan bahwa kompleks medis terbesar RS Shifa di Gaza akan segera kembali ke “fungsi minimal” setelah dua minggu penggerebekan yang menyebabkan sebagian besar fasilitas tersebut menjadi reruntuhan, menurut pimpinan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Bahkan memulihkan fungsi minimal dalam jangka pendek tampaknya tidak masuk akal,” tulis Tedros Adhanom Ghebreyesus di X pada hari Sabtu setelah misi multi-lembaga yang dipimpin WHO mengakses Rumah Sakit Al-Shifa di bagian barat Kota Gaza.
Baca Juga : Balas Serangan Drone Hizbullah, Israel Serang Lebanon Timur
“WHO dan mitranya berhasil mencapai Al-Shifa – yang pernah menjadi tulang punggung sistem kesehatan di Gaza, yang kini hanya berupa kuburan manusia setelah pengepungan terakhir,” kata Tedros.
Tim mengamati setidaknya lima mayat, katanya, seraya menambahkan bahwa sebagian besar bangunan di kompleks rumah sakit mengalami kerusakan parah, dengan banyak aset rusak atau hancur.
“Upaya WHO dan mitranya baru-baru ini untuk mendukung kebangkitan layanan dasar di Al-Shifa kini telah hilang, dan masyarakat sekali lagi kehilangan akses terhadap layanan kesehatan yang dapat menyelamatkan nyawa,” menurut Tedros.
Evaluasi menyeluruh oleh tim insinyur diperlukan untuk memastikan keamanan sisa bangunan untuk potensi penggunaan di masa depan, katanya, menurut Middle East Monitor.
Dengan ancaman kelaparan, penyebaran wabah penyakit, dan peningkatan cedera trauma, WHO menyerukan pengamanan mendesak terhadap fasilitas layanan kesehatan yang tersisa di Gaza, bersama dengan perlindungan pekerja kesehatan dan personel kemanusiaan, katanya.
Baca Juga : Dua Kapal Diserang di Dekat Pelabuhan Aden
Ketua WHO juga menekankan pentingnya jalur bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke dalam dan seluruh Gaza, serta gencatan senjata yang mendesak.
Israel pada Senin mengumumkan bahwa mereka telah mundur dari Rumah Sakit Al-Shifa dan sekitarnya setelah 14 hari penggerebekan yang dimulai pada 18 Maret.
Rumah sakit tersebut sebelumnya menjadi sasaran penggerebekan pada 16 November setelah dikepung selama satu minggu ketika halaman, sebagian bangunan, peralatan medis, dan generator listrik dihancurkan.
Israel telah memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.
Perang Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Baca Juga : Rial Yaman di Provinsi yang Dikuasai Koalisi Mengalami Kerugian
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang memintanya berbuat lebih banyak untuk mencegah kelaparan di Gaza.