Gaza, Purna Warta – Warga Palestina yang mengungsi dari Gaza utara dapat mulai kembali pada hari Senin, menyusul kesepakatan untuk membebaskan tawanan Israel Arbel Yehud, sebagaimana dikonfirmasi oleh gerakan Jihad Islam. Pemerintah Israel sebelumnya telah melarang ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke Gaza utara, dengan alasan penahanan Yehud yang terus berlanjut.
Baca juga: Turki Katakan Serangan Udara Israel Tewaskan 3 Warga Negaranya di Perbatasan Lebanon
Pada hari Minggu, juru bicara Jihad Islam Mohammed Al-Hajj Musa mengumumkan bahwa kesepakatan telah dicapai terkait pembebasannya. Kantor perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi pada hari yang sama bahwa kesepakatan juga telah dibuat dengan Hamas untuk pembebasan enam tawanan tambahan.
“Setelah negosiasi yang alot, Israel akan mengizinkan penduduk Gaza untuk menyeberang ke bagian utara Jalur Gaza mulai besok pagi,” kantor Netanyahu menyatakan.
Ditambahkannya, “Fase tambahan pembebasan tahanan akan dilaksanakan Kamis depan, di mana Arbel Yehud, Agam Berger, dan tahanan lain akan dibebaskan, dan Sabtu depan tiga tahanan lagi akan dibebaskan. Israel juga menerima dari Hamas daftar status semua tahanan di fase pertama.” Pengumuman itu mempertahankan gencatan senjata yang rapuh dalam perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang telah menghancurkan wilayah itu dan membuat hampir semua penduduknya mengungsi.
Israel sebelumnya telah mencegah sejumlah besar warga Palestina menggunakan jalan pesisir untuk kembali ke Gaza utara. Secara terpisah, kelompok perlawanan Hamas dan Jihad Islam mengecam usulan kontroversial Presiden AS Donald Trump untuk “membersihkan” Gaza dan merelokasi penduduknya ke negara-negara tetangga. Berbicara di Air Force One pada hari Sabtu, Trump mengusulkan untuk merelokasi penduduk Gaza ke Mesir dan Yordania.
Baca juga: Swedia akan Berikan Bantuan Militer Senilai $1,2 Miliar kepada Ukraina
“Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang … Saya ingin Mesir menerima orang. Dan saya ingin Yordania menerima orang,” katanya. “(K)ami hanya membersihkan semuanya,” tambahnya. Trump menyebutkan rencana untuk membahas masalah tersebut dengan Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sisi pada hari Minggu.
Usulan tersebut menuai kecaman dari para pemimpin dan penduduk Palestina, yang menyamakannya dengan “Nakba” atau malapetaka, periode sejarah yang ditandai dengan pemindahan massal warga Palestina selama berdirinya Israel.