Gaza, Purna Warta – Rezim Israel telah menahan 46 jurnalis Palestina sejak 7 Oktober, ketika mereka memulai perang genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung. Masyarakat Tahanan Palestina (PPS) memberikan informasi tersebut dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, kantor berita resmi Palestina WAFA melaporkan.
Baca Juga : Organisasi HAM Serukan Penyidikan Internasional atas Kejahatan Israel terhadap Tahanan Palestina
Ia menambahkan bahwa 32 jurnalis masih berada dalam kurungan, termasuk 19 orang yang ditahan di bawah kebijakan penahanan administratif rezim yang terkenal kejam, yang memungkinkan Israel untuk memenjarakan warga Palestina tanpa batas waktu tanpa mengajukan tuntutan resmi atau mengadili mereka.
Beberapa jurnalis yang ditahan dituduh memiliki “dokumen rahasia”, sementara beberapa lainnya ditahan dengan dalih “hasutan di media sosial.” PPS kemudian memberikan rincian tentang kondisi penahanan yang keras terhadap dua jurnalis, yang diidentifikasi sebagai Somaya Jawabreh dan Moaz Amarneh.
Amarneh, yang ditahan secara administratif pada tanggal 16 Oktober, telah menjadi sasaran pelecehan dan penyiksaan. Dia menghadapi kondisi kesehatan yang sulit di penjara Megiddo dan menderita kesulitan penglihatan dan penglihatan kabur di mata kanannya. Meskipun kondisinya sangat buruk, pihak berwenang Israel hingga hari ini menolak mengizinkan Amarneh memakai kacamatanya. Dia kehilangan salah satu matanya pada tahun 2019 setelah tentara Israel menembaknya saat dia melakukan pekerjaan jurnalistiknya.
Kelompok, pihak berwenang, dan aktivis Palestina mengecam rezim Israel atas upayanya memberlakukan pemadaman media untuk mencegah kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan agar tidak dilaporkan dengan benar kepada komunitas internasional.
Baca Juga : Inggris Tandatangani Perjanjian Suaka yang Kontroversial dengan Rwanda
Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), yang merupakan LSM independen dan nirlaba Amerika, setidaknya 64 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh sejak 7 Oktober, ketika rezim pendudukan melancarkan serangan militernya di Jalur Gaza.