Gaza, Purna Warta – Hamas telah merilis video tiga tawanan wanita Israel yang ditangkap di Jalur Gaza yang terkepung, menyuarakan kemarahan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena menolak menyetujui kesepakatan pertukaran dan gencatan senjata setelah Operasi Badai al-Aqsa pada 7 Oktober; sebuah kampanye militer terbesar dalam beberapa dekade oleh kelompok perlawanan yang berbasis di Gaza melawan penjajah.
Baca Juga : Kelompok Perlawanan Irak Targetkan Pangkalan Udara Ain Al-Asad di Irak
Dalam video yang dipublikasikan pada hari Senin (30/10), ketiga tawanan tersebut, yang termasuk di antara lebih dari 200 warga Israel yang ditahan di Gaza sejak 7 Oktober, dengan marah meminta Netanyahu untuk membebaskan mereka “sekarang juga.”
Salah satu wanita, yang berbicara dalam bahasa Ibrani, mengatakan perdana menteri Israel gagal mencegah serangan mendadak pada 7 Oktober dan saat ini gagal menyelamatkan para tahanan dengan menyetujui gencatan senjata.
“Kami tahu bahwa seharusnya ada gencatan senjata. Anda seharusnya melepaskan kami semua. Anda membuat komitmen untuk membebaskan kami semua,” kata tawanan Israel itu dalam video yang dirilis Brigade Qassam, sayap bersenjata Hamas.
“Kami adalah warga negara yang tidak bersalah… Anda ingin membunuh kami semua; Anda membunuh kami, Anda ingin kami mati dan Anda ingin tentara membunuh kami. Anda membunuh banyak orang Israel. Ayo kita pergi sekarang… Mari kita kembali ke keluarga kita sekarang!”
Baca Juga : Operasi Militer Israel di Gaza, Targetkan Anak-Anak
“Anda membunuh kami, Anda ingin kami mati dan Anda ingin tentara membunuh kami. Anda membunuh banyak warga Israel.”
Hamas dan kelompok perlawanan lainnya yang berbasis di Jalur Gaza menangkap sekitar 250 tentara dan pemukim Israel selama Operasi Badai al-Aqsa. Setelah operasi tersebut, Abu Ubaida, juru bicara Qassam, mengatakan 200 tawanan ditahan oleh brigade, sementara sisanya ditahan oleh faksi perlawanan Palestina lainnya.
Baru-baru ini, brigade tersebut mengumumkan bahwa sekitar 50 tawanan telah terbunuh dalam perang yang dilancarkan rezim di Gaza setelah operasi tersebut.
Rezim Israel mengumumkan dimulainya serangan darat ke wilayah Palestina yang terkepung pada 27 Oktober.
Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa yang mengejutkan terhadap entitas pendudukan sebagai tanggapan atas kampanye pertumpahan darah dan kehancuran yang telah berlangsung selama puluhan tahun terhadap warga Palestina pada tanggal 7 Oktober. Operasi gemilang tersebut memicu mesin perang berdarah Israel.
Baca Juga : AS Tidak Hanya Terlibat tetapi juga Arsitek dan Dalang Genosida di Gaza
Israel telah memblokir pasokan air, makanan, dan listrik ke Gaza, sehingga membuat jalur pantai tersebut mengalami krisis kemanusiaan. Mereka selanjutnya memerintahkan 1,1 juta orang di utara Gaza untuk mengungsi dan pindah ke selatan. Namun, hujan bom terus terjadi di wilayah selatan.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, Israel telah membunuh 8.306 warga Palestina, termasuk 3.457 anak-anak, sejak 7 Oktober.