Tentara Israel Lakukan “Amukan Pembakaran” Segera Setelah Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Gaza deal2

Gaza, Purna Warta – Tentara Israel melancarkan aksi pembakaran massal terhadap rumah-rumah warga sipil dan infrastruktur segera setelah penandatanganan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.

Menurut laporan Drop Site News, pasukan Israel membakar persediaan makanan, rumah-rumah warga, dan fasilitas pengolahan limbah penting di Kota Gaza pada malam 9 Oktober dan dini hari 10 Oktober.

Laporan tersebut mengidentifikasi sejumlah anggota militer Israel dari berbagai brigade yang mengunggah puluhan foto dan video bangunan terbakar saat mereka mundur dari Kota Gaza menuju “garis kuning” yang ditetapkan dalam perjanjian — wilayah yang masih berada jauh di dalam teritori Gaza.

Pada hari Minggu, seorang tentara Israel dari Brigade Kfir memposting foto dirinya berdiri di depan tumpukan palet kayu yang terbakar.
“Pada hari Jumat, tepat sebelum keberangkatan. Membakar makanan agar tidak sampai ke warga Gaza, semoga nama mereka terhapus,” demikian bunyi keterangannya.

Pasukan Israel juga membagikan foto rumah-rumah yang dibakar di berbagai lokasi lain, disertai keterangan bernada bercanda tentang aksi pembakaran tersebut.
Seorang tentara bahkan menyebut pembakaran beberapa bangunan itu sebagai ‘sentuhan akhir’.

Rumah-rumah warga Palestina yang terbakar juga menjadi “kanvas” bagi para tentara untuk menuliskan pandangan mereka tentang masa depan kehadiran Israel di Gaza.
Beberapa di antaranya menulis dengan nada lega: “Selamat tinggal, dan semoga tak pernah terlihat lagi, rumahku yang baru saja kutinggalkan.”
Sementara lainnya bersumpah akan kembali, bahkan meniru gaya ulasan hotel atau Airbnb: “Singkat tapi berkualitas, kami pasti akan kembali,” tulis salah satu tentara pelaku pembakaran.

Dampak dari pembakaran massal ini juga didokumentasikan oleh warga setempat setelah mereka kembali ke wilayah tersebut.
Rumah-rumah yang dibakar merupakan sisa-sisa bangunan yang sebelumnya dibiarkan utuh karena digunakan sebagai pangkalan militer sementara.

Sebelum mundur, tentara juga membakar Stasiun Pengolahan Limbah Sheikh Ajlin, fasilitas penting dalam jaringan sanitasi Kota Gaza.
Dalam unggahan media sosial, para tentara berpose di depan pabrik yang terbakar, dengan salah satu keterangan bertuliskan “Kenangan terakhir.”

Monther Shoblaq, Direktur Jenderal Coastal Municipalities Water Utility (CMWU) di Gaza, mengatakan serangan tersebut dapat membuat sistem pengolahan limbah kota “jatuh ke titik nol.”
Ia memperingatkan bahwa kerusakan fasilitas itu dapat menunda upaya rekonstruksi selama bertahun-tahun.

“Maksud saya, mereka sudah menandatangani gencatan senjata,” kata Shoblaq. “Mengapa harus dibakar?”

Penghancuran bangunan Palestina oleh pasukan Israel setelah meninggalkan pos-pos sementara telah menjadi ciri khas pendekatan militer Israel terhadap Gaza selama dua tahun terakhir.
Namun, skala pembakaran kali ini jauh lebih luas dibandingkan dengan insiden-insiden sebelumnya yang terdokumentasi sejak Oktober 2023.

Pada Juli lalu, jurnalis Israel Yuval Abraham mengumpulkan kesaksian dari sejumlah tentara yang menggambarkan berbagai metode pembakaran.

“Setiap rumah Arab yang kami masuki pasti punya minyak zaitun. Kami menuangkan minyak itu ke sofa, ke barang-barang yang mudah terbakar, lalu kami bakar atau lempar granat asap. Ini sudah jadi praktik umum,” ungkap salah seorang tentara.

Gencatan senjata tersebut terjadi setelah berbulan-bulan upaya sistematis untuk membuat Gaza tidak layak huni, dengan menghancurkan rumah-rumah warga dan infrastruktur sipil — puncaknya adalah invasi darat ke Kota Gaza dan perataan beberapa gedung tinggi di wilayah itu.

Pada September, Menteri rezim Israel Gila Gamliel mengatakan kepada Channel 7 News:

“Kami sudah sepenuhnya memusnahkan 75% dari seluruh Jalur Gaza.”

Sejak agresi brutal Israel dimulai dua tahun lalu, sekitar 80% struktur bangunan di Gaza telah rusak atau hancur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *