Damaskus, Purna Warta – Suriah telah mengutuk dengan keras serangan Israel terhadap Masjid al-Aqsa dan jamaah Palestina. Mereka juga mendesak PBB untuk mengakhiri kebijakan tidak manusiawi rezim dan membantu rakyat Palestina memulihkan hak-hak historis mereka yang sah.
Kantor berita resmi Suriah SANA melaporkan bahwa dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (21/7) Kementerian luar negeri Suriah mengecam eskalasi agresif oleh pemukim Israel terhadap orang-orang Palestina di wilayah pendudukan, khususnya di Yerusalem al-Quds selama beberapa bulan terakhir.
Kementerian mengatakan tindakan agresi tersebut telah dilakukan di bawah dukungan, perlindungan, dorongan, dan kepemimpinan rezim Israel.
Ia menegaskan bahwa tindakan agresi terbaru adalah pada hari Minggu (18/7) ketika kelompok besar ekstremis menyerbu Masjid al-Aqsa di bawah perlindungan penuh dari polisi Israel yang juga menyerang jamaah di dalam dan di luar masjid.
“Republik Arab Suriah menganggap praktik Israel terhadap Masjid al-Aqsa dan jamaahnya itu sebagai tindakan tidak bermoral yang menunjukkan citra sebenarnya dari entitas Israel,” kata kementerian itu.
“Suriah mengutuk dengan keras praktik-praktik Israel ini, dan menyerukan otoritas pendudukan untuk menghormati hak-hak rakyat Palestina di al-Quds dan Masjid Aqsa dan di seluruh Palestina yang diduduki,” tegasnya.
Kementerian tersebut juga meminta negara-negara dunia dan PBB, termasuk Dewan Keamanan untuk mengakhiri praktik keji dan tidak manusiawi tersebut, juga agar rakyat Palestina memperoleh hak-hak sah dan historis mereka, terutama hak mereka untuk mempunyai sebuah negara merdeka di tanah mereka.
“PBB juga harus mengakhiri pendudukan Israel atas semua wilayah Arab di Suriah, Palestina dan Lebanon,” tambahnya.
Dalam serangan terbaru mereka, lebih dari 1.000 pemukim Israel memaksa masuk ke kompleks Masjid al-Aqsa di bawah perlindungan ketat pasukan Israel.
Pasukan Israel menyerang jamaah Muslim, menutup gerbang aula al-Qibli dengan rantai besi dan menahan beberapa jemaah. Mereka juga menembakkan gas air mata dan peluru baja berlapis karet ke arah jamaah untuk membubarkan mereka.
Polisi Israel secara paksa mengevakuasi jamaah Muslim untuk membuka jalan bagi para pengunjung Yahudi.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett yang baru dilantik mendukung keputusan untuk mengizinkan orang Yahudi mengunjungi situs tersebut.
Insiden itu terjadi dua hari menjelang Idul Adha yang dirayakan oleh umat Islam, dan pada malam haji tahunan mereka.
Negara-negara Muslim, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Palestina mengutuk penyerbuan kompleks Masjid al-Aqsha oleh polisi Israel.
Otoritas Palestina (PA) menganggap Israel telah merusak keamanan dan stabilitas kawasan. Mereka menyebut kunjungan pemukim Yahudi merupakan tindakan provokatif dan ancaman serius terhadap keamanan dan stabilitas.
PA dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka menganggap pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas eskalasi akibat serangannya di kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem yang diduduki.
Secara terpisah juru bicara Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Mohammad Hamadeh, juga mengutuk kekerasan Israel terhadap warga Palestina di Masjid al-Aqsa.
“Rezim Zionis menunjukkan ketidakmampuannya untuk menahan pemukim ekstremis. Rezim harus tahu bahwa Palestina siap menghadapi provokasi semacam itu,” katanya.