Gaza, Purna Warta – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan gencatan senjata di Gaza tidak akan dimulai sampai Hamas memberikan nama-nama tawanan yang akan dibebaskan berdasarkan kesepakatan pertukaran yang diusulkan.
Penundaan itu terjadi karena rezim Israel terus melakukan serangan, dengan Hamas mengutip tantangan “teknis” sebagai penyebab kemunduran itu. Juru bicara militer Israel Daniel Hagari menuduh Hamas gagal memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian gencatan senjata.
“Sampai pagi ini, Hamas tidak memenuhi kewajibannya, dan bertentangan dengan perjanjian itu, Hamas belum memberikan nama-nama sandera kepada Israel,” kata Hagari dalam sebuah pernyataan.
Mengikuti arahan Netanyahu, Hagari menambahkan, “Gencatan senjata tidak akan berlaku selama Hamas tidak memenuhi kewajibannya. (Militer Israel) terus menyerang di Gaza.” Gencatan senjata, yang dijadwalkan akan dimulai pada pukul 08:30 waktu setempat (06:30 GMT), akan menghentikan permusuhan dan memfasilitasi pembebasan tiga tawanan Israel dan sekitar 95 tahanan Palestina. Namun, penundaan tersebut telah menghambat upaya ini.
Hamas mengaitkan penahanan itu dengan alasan “teknis dan lapangan”. Tamer Qarmout, seorang profesor kebijakan publik di Institut Studi Pascasarjana Doha, menjelaskan bahwa Hamas berusaha menghindari pengungkapan lokasi para tawanan, menggambarkan situasi tersebut sebagai “pendekatan multi-fase” untuk meningkatkan posisinya. “Hamas ingin memastikan tidak mengungkap keberadaan tawanan yang tersisa,” kata Qarmout kepada Al Jazeera. Ia mencatat bahwa kehadiran militer Israel yang intens di Gaza mempersulit upaya untuk memverifikasi dan mengamankan kondisi para tawanan. Selain itu, Qarmout menyatakan bahwa tim negosiasi Hamas di Qatar telah meminta Israel untuk menghentikan operasinya selama dua hari terakhir untuk memungkinkan koordinasi logistik, tetapi permintaan ini tidak dipenuhi.
“Hamas beroperasi melalui saluran komunikasi yang kompleks,” katanya, menekankan bagaimana pemboman yang sedang berlangsung dan pengawasan pesawat nirawak sangat menghambat pergerakan di darat.
Skala kehancuran mempersulit upaya untuk menemukan tawanan, yang mungkin tersebar di berbagai wilayah, termasuk Gaza utara, Kota Gaza, dan Rafah. “Diperlukan kehati-hatian dan ketekunan untuk menghindari bahaya,” tambah Qarmout.
Perang genosida Israel di Gaza telah mengakibatkan kematian sedikitnya 46.899 warga Palestina dan melukai 110.725 orang sejak 7 Oktober, menurut otoritas kesehatan setempat. Dengan gencatan senjata yang tidak pasti, perang tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera mereda.