Gaza, Purna Warta – Sedikitnya 20 warga Palestina, termasuk delapan anak-anak dan delapan wanit, tewas dalam serangkaian serangan Israel semalaman di Gaza tengah, termasuk az-Zuwayda, al-Mughraqa, dan kamp pengungsi Bureij.
Baca Juga : Iran Kecam Tindakan Kanada terhadap IRGC
Ketika banyak keluarga berduka atas orang yang mereka cintai di Rumah Sakit al-Aqsa, meningkatnya kekerasan yang dilakukan Israel diperburuk dengan kekurangan bahan bakar di fasilitas kesehatan, khususnya yang berdampak pada Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir el-Balah, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan adanya korban jiwa. Di tengah kekacauan tersebut, militer Israel memperluas perintah evakuasi di Rafah, mendesak warga untuk mencari perlindungan di zona kemanusiaan yang ditunjuk untuk menghindari konflik yang semakin intensif.
Sudah enam hari sejak Israel terakhir kali mengizinkan truk bantuan memasuki Gaza, sehingga memperburuk krisis kelaparan karena persediaan makanan semakin berkurang. Rumah Sakit Al-Aqsa, yang merupakan jalur utama layanan kesehatan di Deir el-Balah, akan segera ditutup karena berkurangnya cadangan bahan bakar, sehingga membahayakan pasien dalam perawatan kritis dan bayi baru lahir yang bergantung pada inkubator. Para saksi mata menggambarkan pengawasan dan pemboman pesawat tak berawak Israel yang tiada henti, menggarisbawahi ketakutan yang meluas yang mencengkeram daerah kantong padat penduduk tersebut.
Sejak dimulainya invasi Israel, 70 persen dari hampir 35.000 korban jiwa di Gaza adalah anak-anak dan perempuan, sehingga menyoroti jumlah korban sipil yang tidak proporsional. Perintah evakuasi yang diperluas oleh militer Israel di Rafah mencerminkan meningkatnya intensitas perang genosida.
Baca Juga : Konspirasi Barat untuk Mendominasi Negara-Negara Islam
Para saksi mata melaporkan upaya evakuasi yang intensif di Rafah, meluas melampaui distrik-distrik timur yang dilanda perang hingga ke wilayah-wilayah tengah, yang menandakan krisis kemanusiaan yang semakin mendalam. Arahan evakuasi sebelumnya untuk lingkungan Rumah Sakit Shaboura dan Kuwait menggarisbawahi meningkatnya militerisasi ruang sipil, memperburuk situasi yang sudah mengerikan bagi penduduk Gaza yang terkepung.