Yerusalem, Purna Warta – Puluhan ribu jemaah Palestina telah melakukan shalat Idul Adha di kompleks Masjid al-Aqsa paska serangan dan kekerasan oleh pemukim Israel ke tempat suci tersebut dengan didukung oleh pasukan militer rezim Israel. Faksi-faksi perlawanan yang berbasis di Gaza memperingatkan Tel Aviv agar tidak melakukan pelanggaran kesucian umat Islam lebih banyak lagi.
Shalat dilaksanakan pada hari Selasa (20/7) di dalam kompleks di Kota Tua Yerusalem al-Quds, di mana puluhan pemukim sayap kanan Israel menerobos masuk pada hari sebelumnya, Senin (19/7).
Demikian pula pada Minggu pagi, petugas polisi Israel menggerebek situs suci tersebut sebelum menyerang orang-orang Palestina yang sedang shalat untuk memberi jalan masuk bagi ratusan pemukim.
Mereka menembakkan granat kejut dan tabung gas air mata ke arah jamaah untuk memaksa mereka keluar dari tempat suci. Dalam serangan tersebut Israel telah melukai puluhan warga Palestina dan menahan beberapa lainnya.
Otoritas Palestina dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka menganggap pemerintah pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas eskalasi akibat serangan Israel di kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem yang diduduki.
Organisasi Kerjasama Islam juga sejumlah negara Muslim individu, seperti Iran, Mesir, Turki, Yordania dan Pakistan mengecam kekejaman Israel yang dilakukan terhadap jamaah Palestina.
Hamas peringatkan Israel untuk tidak mengulangi pelanggaran kesucian
Sementara itu kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh mengatakan bahwa al-Quds berada di pusat perhatian gerakan perlawanan yang berbasis di Gaza. Dia memperingatkan musuh Zionis agar tidak mengulangi pelanggaran kesucian.
Dalam sebuah pesan untuk memperingati Idul Adha, Haniyeh menggambarkan kesempatan itu sebagai hari raya kedua setelah pesta kemenangan heroik dalam Operasi Pedang al-Quds.
Dia merujuk pada operasi yang diluncurkan pada Mei oleh kelompok perlawanan di Jalur Gaza sebagai pembalasan atas tindakan agresi Israel terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan.
“Operasi Pedang al-Quds adalah titik balik dalam sejarah konflik dengan musuh Israel dan guncangan politik, militer dan keamanan di jantung rezim Zionis,” kata Haniyeh.
“Melalui tindakannya baru-baru ini di al-Quds dan Masjid al-Aqsa, Israel berusaha menutupi kekalahannya dan merusak kemenangan besar Palestina,” tambahnya.
“Operasi Pedang al-Quds menekankan bahwa pertempuran tidak akan kembali seperti sebelumnya. Kamilah yang menetapkan prinsip, mengambil inisiatif dan memiliki kekuatan untuk menentukan waktu dan tempat pertempuran. Kemenangan ini terekam dalam benak semua orang dan mempengaruhi semua pertimbangan internal dan eksternal,” tambahnya.
Haniyeh mengatakan salah satu hasil dari pertempuran itu adalah penggulingan mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu dari arena politik Israel.
Jihad Islam: Palestina Siap Bela Al-Aqsa
Selain itu, Jihad Islam, kelompok perlawanan lain yang berbasis di Gaza menekankan bahwa Operasi Pedang al-Quds belum berakhir dan bahwa bangsa Palestina siap untuk mengorbankan dan membela Masjid al-Aqsa dan Al-Quds.
Juru bicara Jihad Islam Tariq Salmi mengatakan, “Desakan musuh untuk mengizinkan masuk ke Masjid al-Aqsa pada hari-hari suci Arafah dan Dzulhijjah adalah tindakan agresi terhadap semua Muslim dan penghinaan terhadap situs suci mereka.”
“Kebijakan yang memusuhi ini terlihat jelas bertujuan untuk memperburuk situasi. Proyek kolonial Zionisme adalah komponen permusuhan yang paling berbahaya, dan kebijakan permusuhan mereka hanya dapat dihentikan dengan kekerasan,” tambahnya.