Al-Quds, Purna Warta – Organisasi anti-pemukiman Peace Now mengatakan kabinet sayap kanan perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mencapai rekor jumlah unit ilegal di permukiman di Tepi Barat yang diduduki dalam enam bulan pertama tahun 2023 ini.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (13/7), kelompok hak asasi manusia Israel mengatakan bahwa rezim Tel Aviv telah memajukan 12.855 unit rumah pemukim di Tepi Barat sejak Januari dan angka tersebut merupakan angka tertinggi yang telah dicatat sejak mulai melacak aktivitas tersebut pada tahun 2012.
Baca Juga : Amerika Serukan Kesiapan Elemen-Elemen Yang Berafiliasi Dengannya di Suriah
“Dalam enam bulan terakhir, satu-satunya sektor yang dipromosikan Israel dengan penuh semangat adalah perusahaan pemukiman,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan itu dikeluarkan pada hari yang sama ketika empat warga Palestina menderita luka-luka malam ini, dua di antaranya serius, dalam serangan oleh pemukim ekstremis Israel di dekat kota Kafr Thulth, yang terletak 28 kilometer (17 mil) selatan Tulkarm.
Kantor berita resmi Palestina WAFA melaporkan bahwa sekelompok pemukim dari pemukiman ilegal Karnie Shomron menyerang komunitas Badui Palestina Arab al-Kholi dan melempari penduduk dengan batu, melukai empat warga Palestina. Para pemukim juga membakar kios di komunitas tersebut.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan warga Palestina yang terluka dirawat di Rumah Sakit Umum Qalqilya akibat serangan itu.
Dikatakan dua warga Palestina berada dalam kondisi kritis karena mereka menderita patah tulang di tengkorak dan luka robek di wajah.
Lebih dari 700.000 orang Israel tinggal di lebih dari 279 permukiman yang dibangun sejak pendudukan Israel tahun 1967 di Tepi Barat dan al-Quds Timur.
Sementara semua permukiman Israel ilegal menurut hukum internasional, rezim pendudukan telah meningkatkan perluasan permukiman dengan pelanggaran terang-terangan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
Baca Juga : Amir-Abdullahian: Iran Berusaha Transfer Teknologi Ke Afrika, Berdayakan Benua Itu
Warga Palestina menginginkan Tepi Barat sebagai bagian dari negara merdeka di masa depan dengan al-Quds Timur sebagai ibu kotanya.
Putaran terakhir pembicaraan Israel-Palestina gagal pada tahun 2014. Di antara poin-poin penting dalam negosiasi tersebut adalah perluasan pemukiman ilegal Israel yang terus berlanjut.