Amman, Purna Warta – Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dilaporkan melakukan perjalanan rahasia ke Yordania pekan lalu untuk bertemu dengan Raja Abdullah II di istananya di Amman. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan pertama antara kedua belah pihak setelah bertahun-tahun berada dalam ketegangan.
Situs Walla News Israel berbahasa Ibrani, mengutip seorang mantan pejabat senior Israel yang tidak disebutkan namanya melaporkan bahwa pertemuan tersebut sangat positif.
Di puncak pertemuan, Bennett memberi tahu Raja Abdullah bahwa dia siap untuk menyetujui kesepakatan penjualan lebih banyak air dari wilayah yang diduduki Israel ke Yordania, di luar kuota yang tertulis dalam perjanjian damai bilateral 1994.
Baik Bennett dan raja Yordania setuju untuk membalik halaman dan melanjutkan dialog.
Pertemuan tersebut menandai pertama kalinya Abdullah bertemu dengan seorang perdana menteri Israel sejak ia menjamu Benjamin Netanyahu pada 2018. Pertemuan itu juga diadakan secara rahasia dan baru diumumkan setelah terlaksana.
Pada Kamis malam, outlet media Israel mengindikasikan bahwa para pejabat Yordania tidak senang dengan fakta bahwa pertemuan itu bocor, karena kedua belah pihak telah sepakat bahwa itu tidak akan dipublikasikan.
Sebuah sumber mengatakan kepada TV Channel 12 Israel bahwa berita tersebut mempermalukan raja dan hal itu pasti akan mempengaruhi hubungan antara Amman dan Tel Aviv.
Kan News Israel melaporkan bahwa kantor Bennett menghubungi Yordania setelah berita pertemuan itu menyebar dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kebocoran tersebut.
Kebocoran pertemuan itu terjadi beberapa jam setelah menteri luar negeri Israel Yair Lapid bertemu dengan mitranya dari Yordania, Ayman Safadi di Jembatan Allenby yang menghubungkan Tepi Barat yang diduduki dengan Yordania.
Pada pertemuan tersebut, rezim Israel setuju untuk meningkatkan jumlah air yang dipasok ke Yordania dengan tambahan 50 juta meter kubik untuk menghadapi kekeringan parah dan kekurangan air di Yordania.
Pertemuan ini terjadi setelah terputusnya hubungan antara perdana menteri Israel dan raja Yordania selama bertahun-tahun.
Ketegangan dalam hubungan Israel-Yordania mencapai puncaknya setelah Netanyahu membatalkan kunjungan ke Uni Emirat Arab pada 11 Maret karena Yordania menolak Israel melintasi wilayah udaranya.
Sebuah pernyataan dari kantor perdana menteri Israel saat itu mengatakan bahwa pertikaian penerbangan tampaknya berasal dari pembatalan rencana kunjungan Putra Mahkota Yordania Hussein pada hari sebelumnya ke Masjid al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki oleh Israel.
Menyusul perselisihan mengenai pengaturan keamanan dan keselamatan di lokasi tersebut,” tertulis dalam pernyataan Israel.